Selasa, 05 April 2011

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

oleh:
MAHMUD ADIBIL MUKHTAR
BAB I
SIFAT MANUSIA
Sejarah manusia mendasari perkembangan pemikiran manusia, sedangkan sejarah pemikiran manusia mendasari pemikiran dalam ilmu pengetahuan.
Sejarah manusia dipermukaan bumi ini terdiri dari dua bagian besar, yaitu bagian pertama, sejarah yang hanya bisa disusun berdasarkan penemuan-penemuan benda sejarah saja, sejarah ini disebut prasejarah. Bagian yang kedua adalah sejarah yang dapat disusun berdasarkan peninggalan yang tergambar, tertulis, dan juga benda-benda. Oleh karena tulisan dalam bentuk kuno itu kini telah dapat dibaca oleh ahli sejarah zaman modern ini, maka bagian kedua tersebut dinamakan masa sejarah (historial time). Tetapi perlu diingat, karena benda-benda prasejarah belum tentu merupakan peninggalan manusia, maka perlu pembuktian bahwa benda-benda tersebut adalah hasil manusia. Oleh karena itu, maka dalam menelaah perkembangan pemikiran dari zaman purba hingga masa kini perlu kita menentukan dua soal, yaitu :
1.                   Apakah sifat yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain, terutama dari hewan-hewan?
2.                   Apakah benar bahwa bahan-bahan yang diperiksa merupakan hasil pemikiran manusia?

Penentuan tersebut terutama penting untuk memeriksa permulaan dari hasil yang ditimbulkan oleh adanya pemikiran. Tanpa ketentuan mengenai hasil pemikiran tersebut, maka permulaan perkembangan pemikiran tidak dapat dijadikan pangkal tolak dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam menentukan sifat perbedaan manusia dari makhluk lain, dapat ditempuh tiga cara, yang menurut pengetahuan zaman abad XXI ini kelihatannya sangat berbeda, yaitu :
1.              Ketentuan Agama. Dalam sejarah agama monotheisme sekalipun, seluruh alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan, namun manusialah yang diberi percikan illahi (a spark of Divine Intellagence). Oleh karena itu, pada waktuTuhan menanyakan nama ciptaan-Nya, kepada para malaikat, mereka tidak dapat menjawab, hanya Adamlah yang dapat menyebutkan semua nama.
Pun dalam banyak sekali mitologi yang tidak bersifat monotheistis, hanya manusia yang dapat berbicara, berdusta, dan sebagainya. Sebenarnya, kalau kita meneliti pokok agama atau mitologi, maka bahan-bahan tersebut merupakan percobaan kearah penemuan identifikasi,  
2.              Ketentuan Ilmu Antropologi. Dalam ilmu antropologi modern, sifat khusus manusia adalah makhluk yang berbudaya. Kita mencontohkan semut yang sudah hidup 20 juta tahun yang lalu mempunyai sarang yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Beda halnya dengan tempat tinggal manusia yang awalnya berupa gua-gua-gua sampai berupa istana-istana.sekalipun menurut penelitian manusia di muka bumi masih dua sampai empat juta tahun yang lalu. Dengan begitu bisa disimpulkan sarang semut bukan merupakan kebudayaan, karena tidak mengalami perubahan, sedangkan rumah atau tempat tinggal manusia merupakan kebudayaan karena mengalami perubahan dan perkembangan dalam konsep dan wujudnya.
3.              Ketentuan Filsafat. Dalam ilmu filsafat, manusia sering kali disamakan dengan hewan. Terutama karena banyak kesamaan dalam hal tingkah lakunya. Dalam perkembangannya, unsur hewan semakin diperkuat, misalnya pada zaman Yunani, manusia antara lain disebut sebagai hewan yang berpolitik (political animal), pada zaman Renaisans manusia disebut rational animal, dalam lapangan ekonomi manusia disebut economical animal. Ernesst Cassireer, me bnganggap manusia adalah makhluk yang hidup berdasarkan lambang-lambang atau simbol-simbol. Sebagaimana terlihat dari bahasa, seni, kenegaraan, ilmu pengetahuan dll.
 Baik poltical, , rational, economical, maupun perlambangan. Semuanya itu, hanya mungkin jika manusia mendapat “percikan ilahi”.
Definisi agama, bahwa manusi menerima percikan ilahi, definisi antropologi bahwa manusia adalah makhluk berbudaya, serta pendapat para ahli filsfat yang sebetulnya sama. Tanpa kecerdasan yang menyusun konsep dan menjelmakan konsep dan menjelmakn konsep dalam kehidupan manusia,maka kebudayaan tidak akan dapat menjelma. Jadi, ketiga ungkapan tersebut sebenarnya mengenai soal yang identik.
Bab II
ZAMAN PURBA
A.    Zaman Batu
Zaman batu mencakup masa antara empat juta tahun sebelum masehi sampai kira-kira 20.000/10.000 tahun sebelum masehi. Adapun bahan-bahan yang ditemukan pada zaman ini antara lain :
1.      Alat-alat dari batu dan tulang.
2.      Tulang-belulang hewan
3.      Sisa-sisa beberapa tanaman.
4.      Gambar dalam gua.
5.      Tempat-tempat penguburan.
6.      Tulang belulang manusia purba.
Menurut beberapa penelitian secara mendalam, peninggalan-peninggalan diatas kecuali gambar dan tempat penguburan merupakan kebudayaan, karena perbaikan bentuk membuktikan bahwa makhluk tersebut jika dilihat dari sisi psikologis ada kemampuan-kemampuan yang apabila diurutkan sebagai berikut :
a.       Kemampuan mencetuskan konsep tentang alat.
b.      Kemampuan menghayati dan mengalamiri
c.       Kemampuan membedakan dan memilih.
d.      Kemampuan untuk bergerak maju (progres).
Setelah beberapa ratus ribu tahun manusia purba menemukan alat-alat batu, maka disusul menemukan api, dan perunggu dan besi.Dan akhirnya berhasil mendapatkan tanaman dan ternak.
B.                 MASA 15.000 – KURANG LEBIH 600 SEBELUM MASEHI.

Pembatasan yang dilakukan tidaklah merupakan batasan yang tajam dan pasti, hal ini dilakukan agar memudahkan dan sebagai acuan dasar pemikiran. Selain itu, peristiwa yang dijelaskan disini hanyalah khusus peristiwa-peristiwa yang terjadi di lautan tengah, karena di daerah ini sudah cukup banyak bahan yang terkumpul dan memperlihatkan bagian-bagian yang cukup jelas dan juga daerah ini merupakan daerah yang berhubungan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Warisan pengetahuan berdasarkan know how empirik dan pelksanaannya, mendasari kehidupan zaman ini secara luas. Tetapi atas dasar yang luas tersebut, tumbuh soal-soal baru, yaitu kemampuan menulis-membaca dan berhitung.
Kemampuan menulis-membaca. Dengan adanya kemampuan menulis, maka peristiwa dapat segera dicatat, sehingga tingkat kesalahan dapat diperkecil sekecil mungkin. Maka, pengetahuan dapat mencapai masyarakat yang lebih luas daripada yang dapat dijangkau oleh penyebaran dari mulut ke mulut saja (socialization of knowledge). Hal ini mengakibatkan kemajuan yang dicapai dalam jangka waktu kurang  lebih 10.000 tahun ini besar sekali, jauh lebih pesat daripada yang terjadi pada zaman batu, yang berlangsung selama kira-kira dua juta tahun. Sebagai buktinya, pada zaman ini banyak muncul kerajaan besar seperti Mesir, Sumeria, Babylon, Niniveh, India, Cina, dan sebagainya.
Kemampuan Berhitung. Timbulnya kemampuan ini melalui proses yang serupa dengan kemampuan menulis.
Manusia zaman batu tidak meninggalkan bukti-bukti tentang kemampuan berhitung. Namun, oleh karena mereka sudah mempunyai ternak, maka dimungkinkan perhitungan terjadi tanpa menghitung 1-2-3-4 dan seterusnya. Secara teoritis mereka mungkin menempuh cara yanng dalam metematika modern disebut sebagai one to one correspondency atau mapping procces (tallying).
Kalau diringkaskan, maka zaman purba diiatndai oleh 5 kemampun, yaitu:
1.      Know how dalam kehidupan sehari-hari
2.      Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman (empirical knowledge). Pengalamna itu diterima sebagai fakta oleh sikap receptive mind, yang kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu bersikap mistis, magis, dan religius.
3.      Kemampuan menemukan abjad dan natural number system berbagai jenis siklus, yang kesemuanya berdasarkan proses abstraksi.
4.      Kemampuan menulis, berhitung, dan menyusun kalender, yang kesemuanya berdasarkan proses sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
5.      Kemampuan meramalkan berdasarkan peristiwa-peristiwa fisis, misalnya seperti gerhana bulan.
BAB III : ZAMAN YUNANI
A.    Masa 600 sebelum Masehi sampai kurang lebih 200 sesudah masehi.
Zaman ini disebut sebagai zaman yunani, oleh karena bangsa yunani memberikan corak baru pada pengetahuan yang berifat receptive mind dan karena dalam masa tersebut merdeka dan emmpunyai kerajaan-kerajaan sendiri.
Pada zaman yunani, proses-proses perkembangan know how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, sekalipun tingkatnya sudah jauh lebih maju dari zaman batu dan zaman purba. Sedangkan dalam pengetahuan empiris yang berdasarkan receptive attitude atau receptive mind terjadi perubahan yang besar. Dan perubahan itu dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Perubahan tersebut dilandaskan pada sikap atau jiwa bangsa yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman tersebut pasif receptive, karena bangsa yunani memiliki an inquiring attitude dan an inquiring mind.
Untuk menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi akan diajukan nama-nama ahli filafat. Tetapi sebelum itu perlu ditekankan, bahwa pada zaman tersebut arti filsafat lebih luas dari pada zaman sekarang yaitu meliputi semua pengetahuan manusia, antara lain ilmu pasti, ilmu fisika, ilmu sosial, ilmu hukum, dan sebagainya.
Thales (dari miletus: 624-548 SM) ia dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini. Thales tidak dapat menerima kenyataan bahwa dibumi ada air, api, udara, awan, kayu, batu, hewan, dan lain-lain. Hal-hal yang banyak itu (multiplicity) dianggapnya sebagi gejala phenomena belaka. Dalam pikirannya, timbul pertanyaan : dari apakah hal-hal yang berbeda itu dibuat? Tidakkah bahan dasarnya terbatas, sedangkan gejalanya-lah yang banyak sekali.
Jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut bermacam-macam. Ada jawaban yang menyatakan bahwa semua dibuat dari air. Pihak lain menyatakan , bahwa semua dibuat dari air, api, udara dan tanah. Tetapi dalam rangka membicarakan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, yang penting bukanlah jawaban yang diberikan, melainkan diajukan pertanyaan tersebut.  Selian itu, jika ditintau dari kacamata zaman sekarang jawaban-jawaban tersebut salah sama sekali. Dalam sejarah ilmu pengatahuan, terbukti bahwa pertanyaan yang signifikan tersebut selalu menimbulkan rangkaian jawaban yang pada awalnya selalu tidak benar, tetapi lambat laun mengalami perbaikan terus menerus, dan makin lama makin mendekati kebenaran.
Pyithagoras (580-500 SM) penemuan-penemuan pythagoras dalam golongan yang menunjukkan suatu sistematis tertentu, dan yang tidak siistematis atau barangkali kebetulan. Diantara yang menunjukkan sistemetik :
1.      Hukum atau dalil pyithagoras, yaitu , yang berlaku bagi segitiga siku-siku dengan sisi a dan b serta hipotenusa c, sedangkan jumlah sudut dari segitiga siku-siku sama dengan 180°.
2.      Semacam teori tentang bilangan : pembagian antara bialangan gelnap, ganjil, prime numbers dan composite number serta hubungan antara quadrat natural number dengan jumlah ganjil.
3.      Penbentukan benda berdasarkan segitiga-segitiga, segi empat- segi empat, segi lima-sgi lima, dan sebagainya.
4.      Hubungan antara nada dengan panjang dawai.
Contoh penemuan pythagoras yang tidak menunjukkan sistematik tertentu adalah bumi bundar dan tidak datar.
Socrates (470-399 SM) ahli filsafat ini tidak pernah meninggalkan tulisan. Semua peninggalan socrates terutama disusun dan ditulis oleh plato (427 sampai 347 SM), muridnya yang setia sebagai penghormatan kepada gurunya.
Plato selalu menulis dialog-dialog dengan socrates yang menjadi pusat dan juru penerangannya. Kita sendiri tidak mengetahui asli berasal dari socrates atau dari plato sendiri. Dalam dialognya, socrates selalu mengungkapkan soal-soal dan menjelaskan arti perkataannya. Metode yang pokok adalah tanya jawab (dialog atau dialektik) sekalipun dalam dialog tersebut tidak selalu dicapai pengertian dasar ataupun perbuatan pendapat, namun sekurang-kurangnya pengertian jadi mendalam. Dan kemungkinan salah faham diperkecil, atau sifat-sifat yang menentukan dapat disepakati.
Pada dasarnya dialektik atau diskusi dilaksanakan sekurang-kurangya 2 orang: A mengajukan sebuah soal : soal si A disebut thesis. Kemudian B membahas atau mengkritik thesis tersebut; pembahasan si B disebut antithesis. Pelontaran thesis dan antithesis tersebut terjadi berulang kali dan diharapkan dapat diakhiri dengan suatu kesimpulan yaitu sisthesis secara pendek metode dialektik tersbut mmenunjukan rangkaian thesis-antithesis-sinthesis.
Dialektik sebagai metode untuk mencapai definisi juga sangat penting dalam soal bahasa, soal-soal sosial dan konsep-konsepnya serta meski sangat sukar dapat digunakan dalan ilmu pasti atau metematika.
Plato (427- 347 SM) menghadapi masalah multiplicity membandingkannya dengan gejala bahasa. Misalnya, kucing itu bermacam-macam, ada yang hitam, ada yang kuning, ada yang berbulu dan lain-lain. Namun, sekalipun berbeda-beda semuanya dikatakan kucing, dari zaman dahulu, dan dimanapun juga. Dalam alam abadi ada ide kucing, dan ide tersebut sempurna dan abadi. Berdasarkan ide tersebut, maka dalam kehidupan ini, ada tiruan ide tersebut. Karena tiap tiruan itu tidak dapat sempurna, maka terjadi beraneka tiruan. Dengan kata lain terjadi multiplicity.
Plato sendiri sangat memperhatikan ilmu pasti sebagai peninggalan pythagoras. Kepastian matematis menjadi dasar pemikirannya. Plato sangat tertarik dengan kata-kata pythagoras yang mengatakan, bahwa matematika mempunyai dasar kepastian oleh adanya idealisasi, sehingga ada hubungan antara kepastian metematis dengan kesempurnaan ide. Oleh karena itu, plato lebih memusatkan pada penelitian pada cara berfikir dari pada apa yang dapat dialami atau yang ditangkap panca indra, denga kata lain ia menjauhi empirisme. Plato berpegang pada akal dan ide. Karenanya ia menjadi eksponen rasionalisne yang bial hendak menerangkan sesuatu, dan menjadi eksponen idelisme bila berfikir. Dalam bidang yang berhubungan martabat (value). Dengan demikian ia dapat dianggap sebagai seseorang yang beraliran monisme spiritual.
Aristoteles (384-322 SM) ia adalah murid plato dan pengasuh pribadi Iskandar agung yang menaklukkan daerah timur dan selatan lautan tengah. Sekalipun murid plato aristoteles mempunyai banyak pendapat sendiri yang kadang-kadang kontradiksi dengan sang guru.
Diantara semua sarjana pada zamannya, maka aristoteles yang pertama kali menuliskan karya-karyanya dalam bentuk buku. Kita sangat beruntung karena akan hal ini, sehingga banyak sekali kejadian pada zaman yunani yang diketahui zaman sekarang. Peninggalan Aristoteles yang berhubungan dengan ilmu pengatahuan adalah logika, biologi, dan metafisika.
Aristoteles meninggal pada tahun 322 SM, dan dalam jangkah waktu antara meninggalnya Aristoteles sampai tahun 140 sesudah masehi akan diketengahkan sarjana-sarjana seperti Euclide, Appolonius, Archimedes, Aristarchus, Hipparchus, dan Ptolemeus. Sebenarnya  masih banyak sarjana yunani lainnyayang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Karena karangan ini membatasi diri pada hal-hal pokk yang perlu diketahui mahasiswa dalam rangkah kuliah umum yang diselenggrakan, maka yang akan dibicarakan hanyalah karya yang keenam sarjana tersebut diatas.
Euclide (lahir ±330 SM) ia adalah ahli ilmu pasti. Sumbangan utamanya adalah penyusunan ilmu ukur bidang datar, yang sampai sekarang masih diajarkan di SMP dan SMA.
Pekerjaan tidak hanya mengumpulkan semua ilmu pasti yang mendahuluinya da menambah karyanya sendiri melainkan juga menyusun semuanya itu sedemikina sistematisnya, sehingga sampai sekarang pokok-pokok sistematisnya masih tetap menjadi contoh dalam menyusun ilmu pasti.
Appolonius (265 sampai 190 SM) ia mempelajari potongan kerucut dengan bidang datar, dan menyusun sistematik antara titik koma, lingkaran, elips, parabola, dan hiperbola.hukum-hukum tentang potongan itu dapat diterapkan dengan cara ilmu ukur. Dibandingakan denga ilmu penemuan Euclide, penemuan Applonius tidak ada penerapannya dalan kehidupan sehiari-hari. Sebaliknya, penemuan Euclide masih dapa dipergunakan misalnya dalam pengukuran tanah atau bangunan-bangunan.
Sekalipun demikian, ilmu ukur ciptaan Euclide dan Appolonius terus-menerus menjadi mata pelajaran dalam lembaga pendidikan dan merupakan latihan cara berfikir, sehingga tanpaknya seolah-olah tidak berguna. Keadaan inlah yang sering disindir dengan ejekan “ilmi untuk ilmu” (science for the sake science) atau “ menara gading ilmu pengetahuan” (science in an ivory tower).
Archimedes (287-212 SM) ia adalah sarjana yang jauh lebih terkenal dari pada Euclide dan Appolonius. Selian itu banyak sekali cerita tentang dirinya, sayang karyanya tidak tersusun secara sistematis. Sehingga penemuan yang satu tidak mmempunyai hubungan dengan yang lainnnya, sehingga betapapun hebatnya penemuan itu tetap fragmentary saja.
Archimedes mempelajari metematika, soal fisika dan mekanika serta menerapkan sebagian penemuannya pada usaha membuat alat-alat. Sekalipun penemuannya berdasarkan pada penaglaman, namun penemuan empiris tersebut kemudia diterangkan atas dasar anggapan: jika..., maka..., yang dimisalkan itu, kemudian dites kebenarannya. Dengan demikian, maka sebenarnya Archimedes telah menerapkan metode modern empiricism, yaitu cara berffikir ilmu pengetahuan modern. Contoh konkritnya, ketika Archimedes menemukan hukum Archimedes yang menetapkan kehilangan berat suatu benda yang terendam air. Menurut kisahnya, pada suatu waktu Archimedes mandi dikolam, ia merasa lengannya menjadi ringan. Demikian pula dengan benda-benda yang lainnya. Pengalaman tersebut menjadi dasar pemikiran  hukum Archimedes. hal ini membuktikan, bahwa Archimedes seorang yang jenius dalam ilmu pasti, ilmu alam, serta ahli dalam menyusun teori, kemudian membuktikan teorinya melalui percobaan eksperimen.
Aristarchus (310 sampai 230 SM) ia adalah orang yang pertama secara tegas dan eksplisit menerangkan bahwa bumi berbentuk bulat, berputar sendiri sambil bergerak mengelilingi matahari. Beberapa sarjana yang mendahuluinya sebenarnya telah mempunyai persangkaan yang demikian. Tetapi baru dialah yang dapat menyimpulkan pendapatnya secara pasti.
Pendapat Aristrchus bersifat heliosentris dan berlandaskan pada heliosentrisme. Yang bertentangan dengan geosentris yaitu menjelaskan bahwa matahari, bulan, dan bintang-bintanglah yang mengelilingi bumi (bumi sebagai pusat dari segalanya ). Tetapi karena pendapat Aristarchus berlawanan dengan pendapat umum serta kepercayaan agama dan pendapat aristoteles, maka teori tersebut lenyap dari pemikiran masa itu.
Hipparchus (161 sampai 126 SM) ia astronom yunani yang memperkuat dan mempertegas geosentrisme. Sekalipun diawali oleh yang salah, namun pengamatan dan pengukuran-pengukurannya sangat baik, apalagi mengingat alat-alat yang dipakai. Selain itu caranya memberikan keterangan tentang berbagai pergerakan-pergerakan benda-benda angkasa sesuai dengan masyarakat umum, sehingga sistemnya yang kemudian oleh Ptolemeus dapat dipergunakan untuk nafigasi sampai sekarang, tanpa terlalu banyak kesalahan. Sistem yang disempurnakan itu kemudian menjadi landasan filsafat agama katolik romawi.
Ptolemeus (ahli astronomi dan geografi berkebangsaan yunani dari abad ke-2 sesudah masehi). Sekalipun Ptolemus tidak menambah dasar teori Hipparcus, namun karena pengamatannya lebih maju. Sistem Hipparcus diperbaiki dan ketepatannya bertambah pula. Karya Ptolemeus, diberi nama Syntaxis, yang pada zaman Islam disebut Almagest. Karya ini merupkan kompedium tentang astronomi pada zamannya. Selain itu dia telah menguasai trigonometri lebih baik daripada Hipparcus. Ptolemeus juga telah bisa membuat peta tentang bumi yang menetapkan lokasi lebih dari 5000 tempat berdasarkan koordinat yang sampai sekarang masih bisa digunakan.
Aryabhata (lahir 476 M di India). Ia telah menyusun bermacam-macam deret yang kemudian dihitung jumlah tiap deretnya, misalnya : 1+2+3+4+.. ..+n=jumlah. Kemudian, tiap bilangan dipangkat dua, disusun deretan lagi, dijumlahkan lagi. Kemudian tiap bilangan dipangkatkan tiga, dipangkatkan empat, dan seterusnya.
Antara tahun 650-1350 M, daerah India, Persia, Asia Kecil, dan Afrika Utara sampai Spanyol dipersatukan oleh kerajaan Islam, sehingga penemuan-penemuan yang terjadi di daerah seluas itu dapat dipersatukan kembali oleh bangsa Arab dan Yahudi. Yang dipersatukan adalah peninggalan semua bangsa yang pernah hidup di daerah tersebut, seperti bangsa Mesir, Babylon-Niniveh, Yahudi, Yunani dan sebagainya. Pengetahuan ini kemudian berkembang selama 800 tahun dalam masa kekuasaan dan pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam.
B.     Zaman Setelah Jatuhnya Alexandria Dalam Kekuasaan Romawi.
Bangsa Romawi menyusun kerajaannya mulai kira-kira tahun 295 SM. Sekitar tahun 27 SM, kerajaan itu menjadi kekaisaran dengan Roma sebagai Ibu kota bagian barat, kekaisaran Romawi bagian ini berakhir tahun 476 M. Sedangkan kekaisaran bagian Timur yang yang beribukota Konstantinopel atau Istambul, baru lenyap pada tahun 1453, dan jatuh dalam kekuasaan bagsa Turki yang memeluk agama Islam.
Betapapun terkenalnya bangsa Romawi, namun dalam ilmu pengetahuan mereka hampir tidak mempunyai sumbang asih sama sekali. Bangsa Romawi ulung dalam hal militer, peperangan, politik, perdagangan, pelayaran, pembangunan sistem pengairan, jalan raya, dan pertanian. Pun kerajaan yang tunduk dalam agama katolik Romawi, tidak memberikan sumbangan apapun dalam hal ilmu pengetahuan. Mereka lebih sibuk dalam urusan keagamaan, dan terus menerus mempelajari masalah dosa-dosa, penghapusan dosa, soal-soal keTuhanan, dan sebagainya, tanpa memperhitungkan soal duniawi dan soal ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu pengetahuan mereka hanya berlandaskan karya Aristoteles tanpa banyak perubahan. Bahkan segala bunyi, perkataan atau pernyataan, bahkan tulisan yang bertentangan dengan Aristoteles dan kitab Suci, dianggap dosa dan harus dilenyapkan. Misalnya, dibakarnya sebagian Kepustakaan Ilmu Pengetahuan di Alexandria pada tahun 390 (pada masa pemerintahan uskup Theopilus), dan kemudian juga oleh pengikut islam pada tahun 640 M.
Oleh karena tidak memperhatikan Ilmu pengetahuan dan soal duniawi yang wajar, maka dari mulai runtuhnya kerajaan Romawi dan mulai berkembangya agama Katolik-Romawi sampai kira-kira tahun 1300-1500, Eropa terjerumus dalam masa kegelapan (The Dark and  Middle Ages). Sementara itu disebelah selatan Lautan Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab, terutama dalam pengaruh Islam. Baru sekitar tahun 1300-1400, pengaruh dari kebudayaan Islam memasuki benua Eropa, pengaruh tersebut masuk bersamaan dengan perang salib. Arus pengaruh lainnya terjadi setelah bangsa Turki merebut Istambul dari tangan umat kriste. Sarjana-sarjana dari Istambul banyak yang mengungsi ke Eropa, sedangkan di Spanyol hubungan antar bangsa Prancis dan Islam semakin berkembang. Zaman ini disebut sebagai zaman Renaisans.
Bab IV ABAD PERTENGAHAN
Dimulai zaman kekuasaan kerajaan raja Iskandar Agung, kemudian zaman Romawi, dan setelah itu oleh pengaruh agama Islam, maka daerah antara sungai Indus, Persia, Asia Kecil, tanah Efrata-Tigris, Arab, Mesir, dan Afrika Utara sampai dengan semenanjung Liberia menjadi suatu daerah pertukaran budaya.
Karya-karya bangsa Yunani, terutama Aristoteles diterjemahkan oleh Ahli-ahli bangsa Arab, Yahudi, Persia, dan lain-lain. Orang yang bejasa dalam penterjemahan, dan penambahan ilmu pengetahuan antara lain :
Al-khawarizmi (825 M), menyusun buku Al-jabar, yang menjadi standar beberapa abad di Eropa. Disamping itu, dia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (Arithmatics). Buku tersebut menjadi pembuka penggunaan bilangan desimal menggantikan bilangan Romawi.
Menurut penemuan sejarah, karya Al-Khawarizmi merupakan mata rantai terakhir dari karya orang-orang Hindu yang bernama Aryabhata (476 M)  Brahmagupta (628 M). Al- Khawrizni telah memperkaya dan menambah, serta memperluas karya kedua sarjana tersebut.
Omar Khayam(1043-1132 M). Sarjana ini dalam Islam sendiri lebih dikenal sebagai seorang penyair, tetapi di negara Barat masyhur sebagai sebagai ahli perbintangan dan matematika. Diantara penemuannya, Omar Khayam telah mencapai pada pemecahan persamaan pangkat tiga. Tetapi pemecahannya berdasarkan planimetri dan potongan-potongan kerucut. Jadi barangkali dengan cara grafik dan belum dapat menemukan semua akar dari persamaan tiga. Selain itu Omar Khayam juga menemukan soal matematika yang hingga kini belum bisa diselesaikan, yaitu, bilangan pangkat tiga ditambah dengan bilangan B pangkat tiga yang tidak mungkin hasilnya C pangkat tiga.
Selain itu di zaman Islam ini banyak percobaan-percobaan yang mirip dengan percobaan trial and error, hal ini dilakukan untuk menemukan emas. Meskipun tujuan membuat emas tidak pernah tercapai, tapi di zaman ini ditemukan salmiak yang sangat berharga guna ilmu kedokteran dengan metode kimia atau al-kimia.
Pada zaman ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah ilmu pengetahuan, tiga aliran dalam masyarakat, yaitu agama, politik, dan ilmu pengetahuan dikemudikan dalam satu tangan yaitu seorang raja atau sultan (zaman keemasan Islam)
Dalam lapangan ilmu kedokteran, nama-nama yang terkenal adalah Al-Razi atau Razes (850-923 M), dan Abu Ibn Sina atau Avicenna (980-1037 M). Ibn Sina menulis buku-buku standar sampai kira-kira tahun 1650 M, mungkin karena ketelitian dan sistematis serta telitinya sehingga buku-buku tersebut bisa jadi standar sekian lamanya. Selain itu Abu’l Qasim atau Abu’l Casis menulis sebuah enskiklopedi kedokteran, yang antara lain menelaah ilmu bedah serta alat-alat yang digunakan pada saat itu (kira-kira tahun 1013 M), tetapi mereka tidak hanya menulis tentang ilmu kedokteran, melainkan juga berkarya dalam ilmu astronomi, matematika, dan filsafat.
Ibn Rusd atau Averoes (1126-1198 M), disamping ahli kedokteran, dia juga menulis komentar dan menerjemahkan karya Aristoteles. Dari tulisannya, terbukti bahwa Ibn Rusd mengakui teori evolusionalisme, yaitu aliran yan mengakui bahwa semua yang ada di dunia ini tidak tiba-tiba tercipta dalam keadaan yang selesai. Melainkan semuanya terjadi melalui perkembangannya masing-masing, untuk akhirnya menjelma dalam keadaan yang selesai.
Al- Idrisi (1100-1166 M). Berhasil membuat 70 peta dari daerah yang dikenal waktu itu. Peta tersebut disampaikan kepada Roger II dari kerajaan Sicilia.
Dari lapangan astronomii, dasar penelitiaannya mempertahnkan azas yan ditetapkan Ptolemeus, jadi tetap geosentris dan homosentris, dengan banyak sekali hasil pengamatannya sendiri. Sehingga mencapai bisa meramalkan tentang terjadinya gerhana bulan lebih tepat dari sebelumnya.
Secara umum, dapat dikatakan bahwadalam hal ilmu pengetahuan. Jasa sarjana pada zaman Islam adalah :
1.      Menterjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarkannya. Sehingga pengetahuan ini menjadi dasar perkembangan dan kemajalam  Barat saat ini.
2.      Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, ilmu obat-obatan, atronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan
3.      Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar
ZAMAN MODERN
A.    AWAL ABAD XIV - NEWTON
Kira-kira pada permulaan abad XIV, di benua Eropa dimulai perkembangan ilmu pengetahuan hingga sampai sekarang sekaligus menjadi pusat kemajuan pengetahuan umat manusia pada umumnya. Perkembangan itu mempunyai tiga sumber, yitu :
1.      Hubungan antara kerajaan Islam di semenanjung Liberia dengan negara Prancis
2.      Perang salib yang terjadi antara tahun 1100-1300 M, yang terulang sebanyak 6 kali
3.      Dari Istambul, pada tahun 1453 Istambul jatuh ke tangan bangsa Turki, dan para pendeta atau sajana mengungsi ke Italia dan negara Eropa lainnya.

Kebangkitan jiwa benua Eropa, tidak hanya terjadi sebagai akibat masuknya ilmu pengetahuan dari daerah selatan, melainkan memang mereka merasa sudah tiba saatnya untuk bangun setelah hampir 1000 tahun terbenam dalam masa kegelapan. Hal itu menjadi nyata dengan terjelmanya banyak perubahan dalam berbagai lapangan sosial.dan merupakan ujian terakhir bagi semua almu pengetahuan
Roger bacon (1214-1294), ia berpendapat bahwa pengalaman yang mendasari permulaan ilmu pengetahuan, dan merupakan ujian terakhir bagi semua ilmu pengetahuan, dan matematika merupakan syarat mutlak untuk nmengolah semua pengetahuan.
Roger Bacon banyak bergerak di bidang politik dan agama, dan akhirnya ia ditahan dalam penjara. Karya-karyanya sebenarnya cukup banyak, akan tetapi berhubungan dengan soal agama, bertentangan dengan takhayul dan lain-lain. Sehingga buku-bukunya tersebut tidak diterbitkan dan baru kira-kira 500 tahun kenudian baru dicetak.
Leonardo Pisa atau Fibonacci adalah seorang sarjana dari Italia Utara. Ia melanjutkan pengetahuan Aljabar yang telah dirintis Al-khawarizmi dan melakukan penyelidikan terus menerus. Sehingga akhirnya menemukan tiga akar dari persamaan pangkat tiga. Penemuan itu, rupanya hanya mengenai persamaan tertentu, jadi bukan metode yang umum. Ia juga memperkembangkan pemakaian angka Arab dalam sistem desimal serta menggunakan Aljabar dalam perhitungan. Soal pecahan juga digarap sekalipun dengan mengikuti cara Mesir Kuno, yaitu menentukan agara numerator tiap pecahan adalah satu.
Di samping garis ilmu pengetahuan dan sistematiknya, berkembang pula ilmu yang lain, misalnya, ilmu kedokteran ( Roger dan Salerno), ilmu kimia, dan ilmu bumi. Di zaman itu, juga ditulis beberapa  ensiklopedi tentang ilmu-ilmu pengetahuan. Yang terkenal diantaranya oleh raja Frederick II (1194-1250 M) di Sicilia dan Albetus Magnus (1194-1280 M).
Perkembangan ilmu pengetahuan tampak lebih tegas debgan karya orang-orang seperti Copernicus, Galileo dan Johannes Kepler
Coperniccus (1473-1543), ia terkenal karena mengajukan pendapat bahwa bumi dan planet-planet semuanya mengelilingi matahari. Matahari menjadi pusat (prinsip heliosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat di zamannya yakni pendapat Hipparcus dan Ptolomeus yang mengatakan bumi sebagai pusat (prinsip Geosentrisme), yang diperkuat oleh dogma agama.
Sekalipun Copernicus membuat model, namun alasan utamanya bukanlah sistemnya, melainkan keyakinannya bahwa teori ini akan sangat membantu perhitungan. Copernicus sendiri tidak berniat mengumumkan pendapatnya, mengingat keadaan pada zamannya.
Pada tahun 1543 George Joachim seorang guru besar ilmu Matematika dari wittenberg menyusun sebuah buku tentang helioseontrisme dengan judul De Revolutinibus Orbium Coelestium ( Tentang perputaran alam semesta). Buku tersebut dimulai dengan beberapa ketentuan dasar mengenai Aksioma, yaitu : pertama, seluruh alam semesta merupakan bola (spherical). Kedua, semua benda angkasa dan bumi juga merupakan bola. Ketiga, semua benda angkasa bergerak secara teratur dalam lintasan yang bundar (Circular Uniform Motion)
Thyco Brahe (1546-1601), ia adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sisitem heliosentrisme yang diungkapkan Coppernicus ia membuat alat-alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang dengan teliti. Perhatian thyco brahe dimulai bulan nofember tahun 1572 dengan munculnya bintang baru digugusan cassiopea secara tiba-tiba, yaitu bintang yang cemerlang selama 6 bulan sebalum ia padam lagi. Pada zaman modern ini bintang tersebut disebut nova atau super nova tergantung besar dan massanya. Timbulnya bintang baru itu mengggugurkan pendapat yang dianut pada zaman itu. Yaitu angkasa tidak akan berupa sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap abadi, oleh karena angkasa diciptakan oleh tuhan. Beberapa tahun kemudian thyco brahe berahsil menyusun obserfatorium yang lengkap dengan alat, kepustakaan dan tenaga pembantu.
Pada tahun 1577 ia dapat mengikuti munculnya sebuah komet, dengan bantuan alatnya. Ternyata lintasan ini lebih jauh dari planet venus. Penemuan ini membuktikan, bahwa benda-benda angkasa tidak menempel pada cristaline spheres, melainkan datang dari tempat yang sebelumnya dapat dilihat dan kemudian muncul perlahan-lahan ketempat yang dapat dilihat yang kemudian menghilang lagi. Kesimpulannya adalah benda-benda angkasa semuanya terapung bebas dalam ruang angkasa.
Johannes keppler (1571-1630 M) ia adalah pembantu thyco brahe dan seorang ahli metematika. Setelah thyco brahe meninggal dunia bahan penelitian diwariskan kepada keppler. Kecuali melanjutkan pengamatan, keppler tetap mengembangkan astrologi untuk memperoleh uang dan memelihara perkembangan astrologi. Keppler menemuakn 3 hukum astrologi yaitu :
1.      Orbit dari semua planet yaitu berbentuk elips.
2.      Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara palnet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
3.      Bila jarak rata-rata 2 planet A dan B dengan matahari adalah x dan y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q maka : P2 : Q2 = X3 : Y3.
 Ketiga hukum alam tentang planet itu, sampai sekarang masih digunakan dalam astronomi. Meskipun disana-sini diadakan perbaikan seperlunya.
Galileo (1546-1642 M) dalam rangka karya-karyanya, perlu disebut penemuan lintasan peluru, penemuan hukum pergerakan dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Penemuan tata bulan planet Jupiter memperkokoh keyakinan Galileo bahwa tat surya bumi bersifat heliosentris. Sebagai sarjana matematika dan fisika, Galileo menerima prinsip tata surya yang heliosentris serta hukum-hukum yang ditemukan keppler. Galileo dapat pula membuat tropong bintang, yang dengan tropong itu ia dapat melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung.
Pertama, ia melihat bahwa planet venus dan merkurius menunjukkan perubahan-perubahan  seperti halnya bulan, sehingga jelas bahwa planet-planet tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan memantulkan cahaya dari matahari. Benda yang bersinar sendiri tidak akan berubah.
Kedua, dalam teropong terbukti bahwa permukaan bulan sama sekalii tidak datar, melainkan penuh dengan gunung-gunung, jadi tidak sempurna datar.
Yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi oleh 4 bulan. Disamping soal astronomi, Galileo juga mengamati lintasan batu yang dilempar dan menentukan bahwa lintasan itu berbentuk parabola. Sebagai ahli metematika, ia mengenalkan hukum-hukum planimetri parabola yang telah disusun oleh appolonius. Pengetahuan tentang perabola, yang sejak appolonius tidak ada kegunaannya dan dianggap sebagi ilmu untuk ilmu, tiba-tiba menjadi berguna untuk menentukan lintasan peluru, dan menjadi teknik peperangan. Kalau pekerjaan didikhtisarkan, maka beberapa hal akan jelas menunjukan, mengapa karyanya diangaggap sebagai perintis ilmu modern. Pokok-pokok penemuannya adalah sebagai berikut :
1.      Benda-benda yang jatuh bersamaan akan memerlukan waktu yang bersamaan pula untuk sampai disana.
2.      Semua lintasan benda jatuh bebentuk lurus. Hal ini memberikan sugesti adanya idealisme, bahwa lintasan benda yang tidak terganggu membentuk garis lurus. 
3.      Baik benda yang jatuh tegak lurus, maupun benda yang jatuhya mengikuti bidang miring, masing-masing mencapai tanah pada waktu yang sama.
4.      Berdasarkan idelaisasi, maka hasil percobaan dapat dihitung terlebih dahulu, dengan kata lain terjadilah ramlan (prediction).
5.      Ramalan itu kemudian diperiksa dengan percobaan berulang kali, yang hasilnya dihitung secara rata-rata.
6.      Oleh karena antara ramalan dan hasil percobaan ada penyesuaian yang meyakinkan, maka teori yang didasarkan pada idealisasi dapat diterima sebagai hukum tentang pergerakan benda-benda yang bebas dan yang mengikuti garis lurus.
Berdasarkan semua itu, Galileo dianggap sebagai pelopor perkembangan ilmu pengetahuan. Dan penemu dasar ilmu pengetahuan modern, yang hanya berpegang pada soal-soal obyektif saja. Penemuan Galileo lainnya adalah sebuah pergerakan bandul, seperti yang sekarang kita gunakan dal;am lonceng-lonceng. Pergerakan ini bebas dari gesekan yang masih terdapat pada bidang miring, betapapun licinnya. Waktu yang diperluakan untuk satu kali bergerak dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya teragntung pada panjangnya bandul.
Kira-kira dalam masa yang sama dengan keppler dan galileo, ditemukan perhitungan logaritma oleh napier (1550-1617 M) berdasarkan basis e, yang lalu dirubah kedalam dasar sepuluh oleh Brigs (lahir 1615 M), dan kemudian diperluas oleh eze chil de decker (lahir 1626 M).
Pemuka-pemuka ilmu pengetahuan yangakan dibicarakan selanjutnya adalah Francis Bacon, dalam lapangan filsafat empirisme, dan descartes dalam bidang filsafat dualisme. Sedangkan dalam kemajuan ilmu metematika akan diketengahkan karya-karya desarque, fermat, dan pascal.
Francis Bacon (1560-1626 M) ia mempertajam empirisme dengan mendasarkan semua ilmu pengetahuan atas dasar pengalaman. Ia menolak pendapat plato, bahw manusia sejak dilahirkan telah membawa pengetahuan dari dunia ide yang ada di alam baka (the eternal world of ideas). Dan juga menolak pengetahuan yang semata-mata berlandaskan pada orang lain. Yang dimaksud dengan orang lain misalnya Aristoteles atau salah seorang sarjana, ataupun dogma agama.
Metode Francis bacon yang mempercayai bahwa apa yang akan datang dapat diramalkan atas penemuan yang lampau, mendasari pengetahuan induktif sains philosophy yang berbeda dengan deducatif mathematical and logical philosophy. Kalau dedukatif sains memberikan kepastian mutlak dalam premis-premis, maka ilmu pengetahuan empiris tidak dapat pengetahuan mutlak. Melainkan hanya memberikan sampai pada kemungkinan yang terbesar (probability atau possibility).
Rene Descartes (1596-1650 M). Ia adalah seorang Prancis yang kemudian hidup di Belanda. Oleh karena negeri ini dirasa lebih menjamin kemerdekaan manusia daripada negerinya sendiri.
Dalam ilmu filsafat, Descartes terkenal karena ucapannya, Cogito Ergo Sum, yang artinya “oleh karena saya tahu, saya berfikir, maka saya ada”. Ucapan tersebut dianggap sebagai mutlak tentang keadaanya yang lepas dari semua sifat subyektif. Bukti mutlak ini diperlukan Descartes untuk sistem filsafatnya, yang dimulai dengan menyangsikan segala-galanya (systematic doubt)
Berlainan dengan filsafatnya yang banyak kesalahan dan meragukan itu, penemuannya dalam perkembangan ilmu pasti, sangat memberikan sumbangan yang positif dan mempunyai hubungan mutlak dengan perkembangan ilmu matematika selanjutnya. Penemuan tersebut ialah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar, sistem koordinat itu disebut orthogonal coordinate system, yang kemudian hari disebut analytic geometri.
Desarque ( 1593-1662 M ), Fermat ( 1601-1665 M ), Pascal ( 1623-1662 M ). Desarque menyusun projective Geometry soal mempunyai hubungan dengan caramanusia melihat sesuatu, yaitu manusia A melihat benda P dati tempat T. Oleh kerena melihat hanya mungkin karena ada cahaya, sedangkan cahaya memancar lurus , maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh suatu garis lurus. Oleh karena mata kecil, maka soal melihat dapat dianggap sebagai perbuatan melalui satu titik ditarik sejumlah garis lurus kearah benda tersebut. Dalam bentuk inilah diperiksa hukum-hukumnya, yaitu kalau garis-garis tadi dipotong oleh bidang-bidang datar, bagaimankah gambar yang diproyeksikan melalui sebuah titik pada suatu bidang datar, jawaban tas pertanyaan ini sangat penting dalam menggambar perspektif misalnya. Sebetulnay soal perspektif jauh lebih lama dipakai oleh pelukis-pelukis secara intuitif, misalnya oleh Leonardo Da Vinci. Tetapi sifat sifat matematisnya baru digarap oleh Desarque.
Fermat, seperti descartes ia juga mengambangan orthogonal coordinate system. Disamping itu ia juga melaksanakan teoru Al Jabar berkenaan dengan bilangan-bilangan, yang kemudian menjelma sebagai perhitungan diferencial-integral (calculus) ditangan Newton dan Leibniz.
Fermat bersama pascal menyusun dasar-dasar statistik. Perhitungan statistik ini didasarkan pada kemungkinan-kemungkinan (probability) dan berlainan dengan ilmu pasti yang lainnya. Ilmu pasti menumukan kepastian bukan kemungkinan. Dalam kehidupan sehari-hari, maka sebenarnya jauh lebih banyak soal yang berdasarkan kemungkian dari pada kepastian. Karena itu, perkembangan ilmu statistik dikemudian hari akan sangat penting untuk ilmu pengetahuan sosial. Dalam abad XX, statistik bahkan merupakan dasar ilmu pengetahuan dalam rangka teori kenisbian (realitivity) dan quantum.
Cristian Huygens (1629-1695 M) Ia dapat memecahkan beberapa soal astronomi, seperti dalam pengamatan terhadap cincin cahaya yang melingkari Saturnus, disebabkan oleh materi yang mengelilingi Saturnus dalam bentuk ikat pinggang atau sabuk, hal ini yang tidak bisa dijelaskan oleh Galileo. Selain itu ia jugamenemukan bulan terbesar Saturnus yang sekarang diberi nama Titan.
Penemuan Huygens yang penting lainnya adalah ketentuan tentang hukum bandulan, yaitu bahwa waktu oscilasi hanya tergantung pada panjangnya bandulan. Ia kemudian menemukan formula bandulan, yang dinyatakan sebagai berikut :
T = Ï€ 
T : waktu yang diukur dengan detik.
Π: 3,1416.....
1: panjang bandulan dinyatakan dengan centimeter.
g: percepatan oleh grafitasi, yang dinyatakan dengan cm/second.
Tentang cahaya, Huygens membuat penemuan seorang yang bernama Roemer, yang berbunyi “ bila berdasarkan heliosentrisme bumi sedang berada dalam jarak paling jauh dari jupiter, maka terbitnya salah satu bulan dari jupiter ditetapkan waktunya. Kemudian, pada saat jupiter sedang paling dekat dengan bumi, maka sekalli lagi waktu itu ditetapkan. Tebukti ada perbedaan waktu kira-kira tujuh menit. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jarak antara dua kedudukan tadi”.
Dengan pengamatan Roemer tadi, Huygens menolak pendapat yang berlaku masa itu, bahwa untuk pemenacaran cahaya diperlukan waktu (instantancous transmission) karena itu, kecepatan pemancaran dihitungnya pula. Kecepatan cahaya 600.000 kali kecepatan suara. Pemencaran cahaya diterangkan berdasarkan merayapnya suatu gelombang dalam suatu medium. Jadi Huygens mengikuti contoh suara. Demikian pula, ia mengamati terjadinya popularisasi, jika cahaya menembus icelandspar, yaitu suatu jenis cristal, sekalipun ia sendiri belum dapat memberikan keteranan tentang peristiwa tersebut.
Simon Steven dari Bruge, ia menemukan berbagi panemuan mekanis, diantara penemuannya dapat disebutkan : paralelogram antara dua gaya dan resultantenya dalam suatu bidang datar, hukum-hukum sebua kerekan dan kerekan-majemuk (pulleys and combinet pulleys), pengukuran tekanan air yang ternyata tergantung dari jarak antara tempat pengukuran dan permukaan air dan tekanan kesamping. Selain itu steven memulai ilmu pengetahuan tentang hydrostatika.
Semua penemuan itu masih berdiri sendiri seolah tidak ada hubungan satu sama lain. Keadaan yang fragmentaris itu dikemudian hari menjadi suatu teori ditangan Newton (1643-1727 M) dan Leibniz (1646-1716 M).
Newton, perannya dalam ilmu pengetahuan sebenarnya dapat ditulis dalam sebuah buku tersendiri, tetapi yang dibahas disini adalah bebrapa hal penting dan dapat diamsukkan dalam sistematik umum, yaitu:
1.      Teori gravitasi. Teori ini memberi keterangan mengapa planet-planet tidak bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa platen harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya pengaruhnya ada, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata. Pengaruh itu adalah grafitasi yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang berdekatan. Apakah gaya tersebut, bagaiamana perkemabangan pengaruhnya, dan berapa cepat pemancaran gaya itu, tidak dapat diterangkan Newton, karena pemeriksaan langsung dilaboratorium belum dapat dilakukan Newton. Sekalipun demikian, berdasarkan teori gravitasi dan perhitungan yang dilakukan Newton, telah dapat diterangkan dasra dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang surutnya air samudra dan lain-lain. Teori gravitasi justru dapat terlihat meyakinkan, sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya tentang adanya gravitasi tersebut. Hal ini disebabkan oleh dua peristiwa penting :
Pertama, dilakukannya percobaan eksperimental dalam laboratorium oleh Hendry cavendish pada tahun 1798 untuk membuktikan teori grafitasi Newton dengan menyatakan rumus sebagai berikut,
K=f
Peristiwa kedua, adalah ditemukannya planet baru (Neptunus) yang tidak disangka adanya oleh Leverrier Adams Galle.
Dalam sejarah ilmu pengetahuan belum pernah terjadi peristiwa demikian. Oleh kerana itu Newton sampai sekarang dipandang seorang jenius yang tidak ada saingannya. Ramalan yang didasarkan anggapan teoritis, perhitungan, dan ilmu ukur sistem Euclid-appolonius sedemikian tepatnya, sehingga sejak saat itu tidak ada orang yang menyangsikan kebenaran kombinasi ilmu-ilmu tersebut. Bahkan timbul dugaan, bahwa akhirnya manusia telah menemukan kunci pokok untuk mengetahui dan menguasai segalanya dalam alam semesta ini (1846).
2.      Perhitungan calculus, atau disebut differencial/integral. Penemuan Newton yang terjadi di Inggris ini, kira-kira bersamaan dengan Leibniz di Jerman, meskipun hubungan antar keduanya tidak dapat dipastikan. Perhitungan ini mengenai hubungan antardua soal, misalnya x dan y. Jiak x bertambah maka y kan bertambah pula, tetapi menuruti aturan yang tetap atau yang teratur. Misalnya ada benda yang bergerak, panjangnya jarak yang ditempuh tergantung dari kecepatan tiap detik dan panjangnya waktu pergerakan.
Cara inilah yang dipelajari Archimedes, Euclid, Descartes, Fermat, Huygens, dan sarjana matematika lain yang akhirnya ditemukan Newton dan Leibniz. Calculus, terbukti sangat luas gunanyauntuk menghitung bermacam-macm hubungan antara dua atau lebih hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur misalnya, kecepatan planet mengelilingi matahari yang berbedabeda sepanjang lintasan, menemuakn maxima minima dari suatu kurva, menemukan tanbahnya luas lingkaran bila radius berubah sedikit sekali dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan, bahwa setelah kalkulus ditemukan banyak sekali perhitungan dan pemeriksaan ilmiah dapat diselesaikan. Tanpa calculus ilmu matematika tidak dapat berkembang sampai tingkatnya sekarang ini.
3.      Optica, penemuan ketiga yang mendasari ilmu alam adalah pemeriksaan mengenai cahaya yang lazim disebut optica.
Seperti yang telah diketahui, jika cahaya  matahari dilewatkan sebuah prisma, maka cahaya asli yang kelihatannya homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu, menjadi pelangi (spektrum). Kemudian, kalau pelangi dilewatkan sebuah lainnya yang terbalik, maka pelangi terkumpul kembali menjadi cahaya homogen. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa cahaya itu sebenarnya terdiri dari komponen-komponen yang terbentang antara merah dan ungu.
Sekalipun newton mempelajari optica dan pembiasan cahaya, namun teorinya tentang cahaya didasarkan pada teori corpustular. Yang mengatakan cahaya terdiri dari benda-benda yang sangat halus, pergerkan benda-benda tersebut menjelma menjadi sinar, dan benda-benda kecil tadi sesuai dengan jenis warna. Pendapatnya ini berbeda dengan Huygens, yang sudah mempertimbangkan bahwa cahaya diangap sebagai gelombang.
Disamping ketiga penemuan tersebut, Newton menentukan rumus untuk koefisisen dalam rangka (A+B) pangkat m, dan perhitungan luasnya daerah yang dikelilingi oleh garis lengkung. Seorang ilmuan yang bernama Halley menggunakan teori grafitasi Newton untuk menentukan lintasan komet dan mengatakan bahwa lintasan komet merupakan elips, tetapi sangat lonjong bentuknya. Sehingga kekmunculan komet dapat diperhitungkan dan tidak dihubungkan dengan soal-soal ajaib dan gaib lagi. Selian itu Halley mengggunakn catatan dari kota Breslau yang berhubungan dengan kelahiran dan kematian manusia, dan membuat perhitungan untuk menentukan panjangnya rata-rat umur manusia. Dengan demikian Halley meletakkan dasar statistik “asuransi” dalam zaman modern ini.
Gottfried wilhem Leibniz (1646-1716 M) sebagaimana dijelaskan diatas, ia juga menemukan perhitungan calculus. Perbedaannya dengan Newton hanya mengenai cara menyusun notasi, yang dipakai sampai sekarang adalah notasi Leibniz dengan df/dx/dy. Dan sekitar tahun 1684 M beturut-turut dipublikasikan berbagi formula mengenai perhitungan diferencial, yang kemudian disusun dengan  perhitungan integral, disamping itu, juga digarap persoalan permutasi dan comhinatorik, yang merupakan jalan lain menemukan koefisien sebuah hinomium.
Penennmuan Leibniz lainnya adlah pokok-pokok yang kemudian berkembang menjadi perhitunngan determinan-determinan. Disamping itu, Leibniz menyadari kelemahan dan keterbatasan logika Aristoteles, dan mulai secara luas mempergunakan simbol untuk mewakili kalimat-kalimat pendek dan bulat.
B.     MASA SESUDAH NEWTON DAN LEIBNIZ
Dalam sejarah ilmu pengetahuan yang telah diajukan hingga zaman Newton, maka pada umunya hanya ilmu-ilmu pengetahuan matematika, astronomi, dan fisika yang dibahas. Hal itu disebabkan karena ketiga ilmu pengetahuan itu selalu merintis ilmu pengetahuan yang lainnya, dan bahkan selalu mempunyai hubungan erat denga agama dan filsafat. Disamping itu, sistematik ketiga ilmu itu dapat diikuti dengan jelas. Tetapi selain ketiga ilmu itu, ilmu yang sangat berdekatan perkembangannya adalah ilmu kimia.
Joseph Black (1728-1799 M), ia memanaskan kapur. Hawa yang keluar kemudian dialirka melalui aliran kapur yang sudah didisaring terlebih dahulu.pada waktu hawa yang keluar dari kapur mengalir, maka air kapur yang jernih menjadi keruh.[8]
Henry cavendish (1731-1810 M) memeriksa gas yang tejadi jika serbuk besi disiram dengan asam dan menghasilka hawa yang dapat dinyalakan (zaman sekarang disebut hydrogenium).
Joseph Priestley (1733-1804 M) menemukan 9 macam hawa NO dan juga oksigen, yang antara lain dapat dihasilkan dari tanaman. Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran.
Antoine Lauran Lavoisier (1743-1794 M) adalah sarjana yang meletakkan dasar ilmu kimia sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan penemuan black, cavendis, priestley, dan lain-lain. Lavoisier mengadakan percobaan yang didasarkan pada timbangan bahan-bahan sebelum dan sesudahnya percobaan. Dengan demikian ia mulai menggunakan pengukuran dalam kimia. Dengan kata lain, ia meninggalkan percobaan yang hanya bersifat kualitatif dan berpindah ke metode kuantitatif. Dari percobaan kuantitatif itu, ditarik kesimpulan bahwa dalam alam ada suatu hukum, yaitu hukum conserfation of matter.
Lavosier juga menetapkan bahwa hidrogenium dapat dibuat dengan mengalirkan uap air diatas serbuk besi yang pijar, dan kemudian gas hidrogen ini dapat dibakar dan menghasilkan air kembali. Eksperimen ini mendasari kimia analitik dan kimia sintetik.
Sekalipun perkembangan kimia tidak langsung berhubungan dengan ilmu pasti, astronomi, dan fisika pada masa tersebut, namun jelas bahwa dasar pembuktian kimia adalah eksperimental sifatnya, kuantitatif dan analitis sintesis.
Disamping perkembangan ilmu kimia, maka pada zaman yang ditemukan bermacam-macam tanpa ada dasar ilmunya, melainkan hanya atas dasar percobaan. Misalnya mesin uap yang mendasari kereta api, percobaan-percobaan listrik dan lainnya. Penemuan-penemuan itu melandasi revolusi industri terutama di Inggris, tetapi kemudian meluas diseluruh Eropa.
Dalam bagian sejarah yang telah dibicarakan, logika yang disusun oleh Aristoteles, bahkan diangggap sempurna dan tidak bisa diperbaiki lagi. Pengembangan logika modern, dimulai Sir William Hamilton dan Agustus Demorgan, akan tetapi langkah yang besar berkat George Boole. Dalam logika modern, mereka mengganti kalimat-kalimat dengan simbol-simbol. Tiap kalimat yang majemuk dibagi-bagi dalam kalimat yang sederhana, dan kalimat sedehana inilah yan g diganti dengan simbol-simbol. Dengan demikian hubungan-hubungannya menjadi lebih jelas. Oleh karena dapat dengan mudah ditinjau dengan keseluruhanya, maka analisa dapat dikerjakan lebih mendalam dan lebih sempurna.
Sebagiamana kita ketahui planimetri merupakan salah satu sistem hubungan antara titik dan garis lurus dalam bidang datar, yang seluruhnya dikembangkan atas dasar deduktif logic sedemikian rupa, sehingga antara bagian-bagiannya tidak terdapat keganjilan, semunya logis dan konsisten. Sitem euclid ini memang menjadi contoh tentang kepastian dalam semau lapangan ilmu pengetahuan, sehingga dijuluki dengan the queen of science.
Perkembangan  logika dari simbolik logic sampai principia mathematic tidak hanya mencakup logika Aristoteles, tetapi membuka lapangan logika keseluruh penjuru. Pernyataan tersebut, yang membuat Bertrand Russel menyatakan anggapan bahwa matematika merupakan bagian dari logika. Peristiwa kedua yang terjadi sekitar 1850 adalah penemuan Noneuclidian geometri oleh Gauss, Bolay, lobatchesky, Riemman, yang menetapkan bahwa melalui satu titik dapat ditarik sejumlah garis sejajar yang tidak memotong garis pertama, sedangkan Riemann menetapkan semua garis akan berpotongan. Aksioma baru itu, itu disebut Non Euclidan Geometry.
Keterangan yang memberikan kepastian tentang sistem Euclid dan Non Euclidan Geometrybaru dapat diberikan pada tahun 1905-1911, yaitu dalam theory kenisbian (Relativity Theory) oleh Einstein, berbagai penyimpangan-penyimpangan Astronomi yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya juga bisa  dijelaskan dengan teori ini, antara lain tentang keanehan orbit Mercurius. Oleh karena teori ini didasarkan pada teori Non Euclidan Riemann, maka secara tidak langsung terbukti bahwa dalam ruang angkasa yang luas itu sistem Riemann dapat dipergunakan lebih baik.
Di zaman ini juga mucul paham historis materialisme, yang merupakan hasil penelitian dan pemikiran Karl Max. Dengan memperluas makna ilmu pengetahuan dengan menarik ilmu logika secara konsekuen sampai ke lapangan agama, maka paham ini berpendapat bahwa Tuhan sebetulnya tidak ada, dan hanya merupakan hiburan bagi orang yang lemah di dunia ini.

Percobaan-percobaan yang pernah dilakukan :
1.                       Tentang Atom

Dalam menganalisa oxyda dari berbagai logam, J.J. Proust (1754-1826) sampai pada pendapat bahwa perbandingan-perbandingan bahan-bahan yang ikut serta dalam proses tersebut selalu tetap. Demikian pula dari logam.
John Dalton (1766-1844), Dalton menjadikan Hydrogenium sebagai kesatuan. Dengan mempergunakan satuan in, maka terbukti bahwa persenyawaan seperti oxyda dan sulfida memang bereaksi berdasarkan dengan perbandingan yang bisa dinyatakan dengan angka-angka bulat. Sebagai unit jenis-jenis bahan, berat atom selalu merupakan multiple bulat dari hydrogenium. Berdasarkan penemuan ini, maka perbandingann berat hydrogenium lawan atom lainnya disebut berat atom.
Sejak Dalton, maka teori tentang atom terus menerus dapat dipergunakan dalam lapangan ilmu kimia, juga oleh Friedrich Wohler (1800-1882) untuk menemukan sintesa urea dalam biologi pada dasarnya tidak berbeda dengan bahan yang berasal sadari alam mati. Oleh karena itu orang semakin percaya bahwa semua reaksi atom tidak berubah, maka atom bersifat kekal dan abadi, selamanya tidak akan berubah. Hal ini sesuai dengan spekulasi Demokritos.
Tetapi apakah yang terjadi sekitar tahun 1895?
Henry Bacquerel (1852-1908), suami istri Curie (1859-1906), dan J. J. Thompson(1897) menemukan radium, logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson menemukan elektron. Dengan penemuan itu runtuhlah pendapat dan aksioma yang menyatakan bahwa atom adalah bahan terkecil yang tidak dapat berubah dan sifatnya abadi.
2.                       Tentang kenisbian Ruang dan waktu.

Sekitar tahun 1900 sampai kira-kira tahun 1914 terjadi berbagai perubahan berdasarkan teori kenisbian. Menurut teori ini, Ruang dan waktu merupakan kesatuan mutlak untuk memeriksa dan menerangkan semua peristiwa, ruang dan waktu tidak berpisah seperti yang diterangkan toeri fisika sebelumnya. Teori kenisbian juga menggunakan prinsip Non Euclidian Geometry, sehingga dalam teori, ruang jadi berubah ukurannya. Demikian pula massa benda akan bertambah kalau bergerak. Teori ini juga berpendapat bawa gravitasi sebagai kekuatan dan sebagai gaya sebenarnya tidak ada, yang sebenarnya ada hanyalah ruang disekitar benda memiliki bentuk tertentu, dan pergerakan dikuasai oleh peristiwa the last energy. Sedangkan soal ether tidak ada sama sekali dalam teori ini.
Timbul pertanyaan, manakah yang benar, fisika Newton atau teori kenisbian?
Untuk soal ini, ada dua jawaban alternatif.
Pertama, ditinjau dari segi teori maka sistem kenisbian logis dan konsisiten, seperti halnya Euclidan Geometry dan Non Euclidan Geometry. Dengan demikian, sebagai sistem deduktif tidak ada kesalahan.

Kedua, ditinjau dari segi penggunaan, terbukti bahwa sistem kenisbian dapat memberika keterangan dan ramalan-ramalan yang tidak dapat diungkapkan dengan sistem Newton, yang mengenai ruang yang luas, pergerakan yang sangat cepat, atau benda-benda yang sangat besar. Tetap perlu diingat, sistem Newton cukup tepat dan lebih muda dipakai, jika diterapkan di bumi dan dalam kehidupan sehar-hari. Rupa-rupanya kita sudah terbiasa dengan sistem Newton, sehingga sukar merubah penghayatan baru ini. Seperti halnya kita sudah terbiasa dengan planimetri Euclid, dan tidak dapat membayangkan NonEuclidian geometri.
3.                       Tentang energi
Sampai kira-kira tahun 1900, anggapan umum ialah perubahan energi berjalan secara kontinu, sedikit demi sedikit, dan tanpa ada loncatan apapun.
Berdasarkan pemeriksaan yang lebih teliti tentang pemencaran sinar, Max Planck akhirnya berpendapat bahwa energi sinar dilepaskan tidak secara berkesinambungan melainkan secara terputus-putus atau kontinu berdasarkan unit tertentu. Max juga menemukan bahwa antara kekuatan quantum dan frekwensi gelombang sinar ada hubungan tertentu, yang dinyatakan dalam rumus :
E = Fxh
   E : kekuatan energi
   F : frekwensi
   h : konstanta, yang diberi nama planck constant
4.                       Hukum tentang sebab akibat
 Sesuai dengan apa yang kita alami setiap hari, kita pun tidak meragukan bahwa setiap kejadian mempunyai akibat. Kalau penyebab belum diketahui, maka kita tidak dapat menerima bahwa kwjadian terjadi tanpa sebab dan kita akan selalu berusaha mencari dan menemukan penyebabnya.
Berdasarkan hukum sebab akibat ini pula, maka berkembanglah ilmu pengetahuan dari zaman purba melalui Galileo sampai Newton, bahkan awal abad XX cara brefikir demikian tidak tergoyahkan. Dan yang dipakai dalam perkembangan ilmu pengetahuan zaman sekarang yang kita anggap hukum sebab akibat, sebenarnya merupakan kemungkinan terbesar, yang tersimpul dalam hukum statistik.  

IKHTISAR SISTEMATIK DAN METODOLOGI UMUM
A.                     Zaman Purba
B.                       
1.                       Zaman batu.
2.                       Zaman ini ditandai oleh know how, yang diperoleh berdasarkan :
1.                       Kemampuan mengamati (observation)
2.                       Kemampuan membeda-bedakan (diskrimination)
3.                       Kemampuan memilih (selection)
4.                       Kemampuan percobaan tanpa disengaja, yang dilandaskan pada proses trial and error. Yang berdasarkan proses tersebut lambat laun terjelma kemantapan (stabilisation) dalam melakukuan pekerjaan.
3.                       Masa 15.000 sampai kurang lebih 600 SM.
Manusia pada zaman ini menerima dan meneruskan warisan manusia zaman batu, baik dalam bidang pertanian, maupun dalam pembuatan alat-alat. Dalam hal pembuatan alat-alat, terjadi kemajuan esar dalam pengolahan logam, perunggu, besi dan besi, sehingga batu tidak lagi dipergunakan. Sehingga dapat disimpulkan dalam tingkat kehidupan tetap pada penggunaan know how.
Kemajuan yang bersifat khusus adalah kemampuan menulis dan berhitung. Kedua kemampuan ini
Berkembang sedikit demi sedikit dan berlandaskan daya abstraksi. Pengetahuan pada masa ini mengandung pokok :
1.                       Kemampuan mengamati
2.                       Kemampuan mengumpulkan dan mencatat peristiwa secara teratur.
3.                       Kemampuan menemukan soal yang sama, meskipun bahannya berbeda-beda, melalui proses abstraksi. Kemapuan ini disebut juga sebagai melakukan abstraksi berdasarkan kesamaan dan keteraturan (abstaktion of similarity), dan kemampuan menemukan bermacam-macam hukum alam (finding of commond denominator).
Peristiwa-peristiwa itu masih dipakai hingga zaman sekarang, sekalipun semuanya itu diperoleh secara alamiah, artinya tanpa disadari dan disengaja. Pada masa purba ini, peristiwa hanya diterima sebagaimana adantya tanpa pendalaman lebih lanjut. Denga kata lain, bangsa purba hanya memiliki a receptive and empirical mentality.

C.                     Zaman Yunani

1.                       Masa 600-200 SM
Berbeda dengan bangsa mesir, babilon, niniveh, dan sumeria, maka bangsa yunani kuno mempunyai inquiring mind. Mereka tidak mau menerima peristiwa-peristiwa begitu saja. Mereka mencoba melakukan spekulasi dari hal-hal yang ditemui secara berbeda-beda. Seperti pemikiran demokritos tentang atom dan kehampaan. Sebaliknya, plato mempelopori filsafat monosme spiritualistis, yang berpendapat sumber dari segalanya adala ide yang abadi, sempurna, dan berada dialam baka. Sedangkan dalam ilmu pasti, pythagoras memulai prinsip analisa, generalisasi dan pembuktian dalam ilmu ukur (geometri) serta ilmu pasti murni, seperti teori bilangan, perhitungan akar dua, serta pemerikasaan antara nada dan panjang dawai.
Pekerjaan pythagoras dan ahli ilmu pasti yang lain dikemudian hari disistematiskan Euclid yang masih dapat dipergunkan dikehidupan sehari-hari kita sampai sekarang. Yang mengandung pokok minimum definition, aksioma, deduksi, penyusunan geometri tentang potongan kerucut yang dilaksankan appolonius, dan didasarkan planimetri Euclid.
Pada zaman itu pula Aristoteles menyusun logika berdasarkan silogisme yang terdiri dari premisse major and premisse minor, premisse minor ini sebenarnya tersirat dalam premisse major. Logika Aristoteles merupakan class logic dan bertahan sampai kira-kira tahun 1850 SM. Selain itu Aristoteles berusaha menemukan dasar mutlak semua peristiwa yang mempunyai hubungan erat dengan agama dan ilmu bahasa, yang dinamakan metafisika. Archimedes mempelajari berbagai perhitungan, dan sampai pada method of exhaustion, yang pada zaman Newton akan mendasari calculus. Perhitungan dan penemuan hukum Archimedes dimulai dengan pengalaman (empiri), yang kemudian diidealisasikan dalam alam pekmikiran (analisa teoritis), dan kemudia dibuktikan dengan percobaan (eksperimental confirmation). Maka sebenarnya Archimedes telah menemukan landas ilmu penegtahuan modern. Dalam lapangan ilmu ukur, dikembangkan oleh Aristarchus, hiparchus, dan tolemeus. Aristarcus mengajukan sistem tata surya yang berisfat heliosentris, namun pendapatnya dikalahkan oleh hiparchus dan tolemeus yang mengatakan sistem tata surya bersifat geosentrisme dengan sistem epicycle.

2.                       Zaman setelah jatuhya Alexandria dalam kekuasaan romawi.
Selama kekuasaan romawi dan agama katolik romawi perkembangan ilmu pengetahuan tidak ada tambahan apapun, sehingga selama kira-kira 1400-1500 tahun segalanya masih dilandaskan pada pengetahuan bangsa yunani terutama Aristoteles.

D.                     Abad Pertengahan

Pengaruh bahasa arab pada masa ini berlangsung dari tahun 1300-1400 M. Karya-karya orang yunani terutama Aristoteles diterjemahkan kedalam bahasa arab dan setlah tahun 1300 dipelajri oleh bangsa Eropa. Disamping menerjemahkan, pengamatan diperluas dan dipertajam baik dalam bidang ilmu pasti, astronomi, fisika, kedokteran, biologi, dan ilmu kimia.
Kemajuan yang prinsipil adalah digunakannya notasi desiaml dan dilaksanakannya generalisasi dari perhitungan arismatik menjadi al jabar.

E.                      Zaman Modern

Permulaan perkembangnya dicetuskan oleh roger bacon yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian. Dengan anjuran tersebut, peninggalan Aristoteles yang menurunkan pengetahuan agama kehilangan fungsinya. Ajaran roger abcon semakin mantap dengan karya copernichus, tycho brache, keppler, dan galileo. Perkembangan hal ini semakin mantap pula dengan buku francis bacon yang berjudul Novoum Organon dalam tulisan itu, landasan empiris ditegaskan dengan penguraian metoda. Novoum Organon ini, dimaksudkan sebagai pengganti organon, peninggalan Aristoteles. Landasan filsafat baru ini, kemudian dijelmakan oleh sarjana lainnya, terutama Newton, yang memberikan landasan untuk teori gravitasi, perhitungan diferensial-integral dan optika.
Dalam lapangan ilmu pasti, terjadi inovasi dasar, yaitu orthogonal coordinate system oleh Descartes, dan permulaan statistik oleh Pascal dan Fermat. Selain itu, dualisme antara materialisme dan spiritualisme menjadi mutlak, karena filsafat Descartes membedakan sifat-sifat yang dapat diukur  dari sifat-sifat subyektif yang tidak dapat diukur. Semua ilmu pengetahan yang berkembang berdasarkan karrya Newton, descartes, dan sarjana lainnya pada masa itu dinamakan newtonian science.
Mulai sekitar tahun 1850-saat ini terjadi sejumlah perubahan dalam teori dad pokok-pokok dasar newtonian science. Sekalipun demikian, newtonian science tetap dapat dipergunakn dengan cukup tepat untuk kehidupan sehari-hari. Penemuan seperti contoh penemuan noneuclidian geometri oleh gauss, bolay, lobachevsky, dan rieman serta perluasan logika Aristoteles menjadi simbolic logic oleh george boole. Perubahan lainnya, yang muali terjadi sekitar 1895 dan yang mendasari perkembangn fisika inti (nuclear physics), adalah toeri kenisbian (relativity teory) dan teori kuantum (quantum teory).
Dilihat dari metodologi dan psycologi, maka seluruh ilmu pengetahuan didasarkan pada :
1.                       Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus.
2.                       Pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis.
3.                       Analisa data yang ditempuh dengan berbagai cara yang antara lain, analisa langsung, analisa perbandiangan dan analisa matematis dengan menggunakan  model-model matematik.
4.                       Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan, sehubungan dengan model-model.
5.                       Percobaan-percobaan untuk menguji ramalan-ramalan tersebut. Percobaan itu  akan menghasilkan bebrapa kemungkinan, diantaranya mungkin benar dan mungkin salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan mencari kesalahan cara berfikir, sehingga tebuka pula unttuk memperbaiki. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu built in self corrctive system, yang memungkinkan disingkirkannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap untuk menuju kearah kebenaran.         
»»  Baca Lengkap...