Sabtu, 20 Oktober 2012

sedikit ringkasan buku Bambang Pranowo BAB 2

 Dilihat dari sekilas kali ini bambang pranowo ingin menggambarkan tentang gimana keadaan desa di Jawa pada Umumnya. Gambaran yang sering ditemui dalam desa adalah tentang keadaan ekonomi mereka sebagian besar mengandalkan sawah. Hal itu sama juga dengan apa yang dikemukakan oleh Geertz. Ekonomi di sawah Cuma ada di Indonesia bagian dalam (jawa). Hal itu tentu sangat berbeda dengan Indonesia bagian luar seperti sumatra, kalimatan, nusa tenggara, selawesi dll.  Fokus di bab ini tentunya akan menguraikan bagaimana dengan keadaan desa dengan mata pencaharian di sawah dan tentunya berada de desa Tegalreso pulau Jawa.
            Tegalroso adalah nama dari sebuah desa yang ada di kecamatan Tegalrejo. Desa ini terdapat di magelang Jawa Tengah. Desa ini terdapat di kawasan dataran tinggi di pusat jawa tengah. Letak magelang sendiri sangat strategis, hal ini dikarenakan magelang dikelilingi oleh gunung jadi wilayahnya sangatlah subur.
            Menurut penduduk di Desa Tegalroso, tegalroso memiliki arti Tegal berarti lahan kering dan roso adalah tanah milik KI Roso (cikal bakal atau pendiri desa Tegalroso). Menurut penduduk sebulum kedatangan Ki suroso desa ini adalah hutan. Menurut data lesan seluruh Perempuan di desa Tegalroso berwajah cantik hal itu di karenakan karena pengaruh kekuatan gaib nyi suroso dan nyi Suroso sendiri adalah seorang wanita yang cantik rupawan. Dan makam mereka hingga saat ini masih terawat dengan baik lewat upacara nyadran di bulan Romadhon.
            Ternyata sejarah di Dasa ini tidak terlacak dengan baik. Tapi meskipun demikian ada data bahwa pada waktu pangeran Diponegoro melawan belanda 1826-1830 desa ini sudah terbentuk dan menjadi pemukiman. Dan yang menjadi lurah sekarang adalah lurah dari generasi ke-4 dari keturunan Ki Suroso. Dan desa ini sangat terkenal, hal itu dikarenakan di dalamnnya terdapat seorang guru ilmu kebatinan ki Rekso Joyo.
            Dalam pendapat hidren greet bahwah masyarakat batin di desa adalah sesosok orang yang lebih dihargai daripada lainnya. Dan itu menjadi sesuatu yang terpenting dan dominan, karena akan membuat keluarga yang damai. Hal itu akan membuat mereka saling mengisi satu sama lain. Sedangkan deskripsi keluarga batin adalah keluarga yg hanya terdiri atas suami, istri (suami atau istri) dan anak; keluarga inti.
            Hansen dalam bukunya yang berjudul rural local govermen and aricultural devolepmen in java menyebutkan seseorang elite politik yang lebih padu posisi dominan dan perlahan-lahan mulai melepaskan organ utama dari jejaring aliansi sosial yang lebih kompleks. Kelebihan di desa ini adalah lurahnya lebih tanggap pada warganya dan selalu mengusahan paling baik untuk warganya. Jadi terlihat mengayomi sepenuhnya. Karena lurah adalah salah satu faktor penentu baik atau tidaknya suatu desa tersebut.
            Hampir setiap rumah tangga di Tegalroso memiliki lahan sendiri. Dan mereka memiliki pekarangan sendiri. Dan mereka memiliki tanah yang luas. Mereka rata-rata beninfestasi pada tanah karena mereka yakin bahwa tanah di desa itu subur. Bahkan sciler mengungkapkan tongkat yang dibenamkan di pulau jawa akan tumbuh. Itu membuktikan bahwa tanah dijawa subur. Tanah menjadi subur karena aliran sungai yang mengalir membawa vulkanik. Jadi membuat kesuburan tanah akan selalu bertahan sampai sekarang.
            Jumlah seluruh tanah yang dimiliki oleh sepuluh orang dan yang paling luas hanyalah 13,6 ha atau 6,8% . dari seluruh desa Tegalroso. Hal itu sangatlah berbeda yang disediakan oleh colieryang mencatat kesetimpangan distribusi di dua desa.
            Penting untuk dicatat bahwa 275 dari 1793 pendududuk desa (14,9%) hanya memeiliki tanah yang kurang dari 0,1 ha jadi bagaimana mereka mencari makan dengan lahan yang Cuma segitu? Jawabannya akan lebih rinci pada bab 3 dan sedikit tambahan bahwa masyarakat hidup tidak hanya bercocok tanam. Tapi ada yang berbisnis sendiri ada yang bekerja pada negara, dll. Dan mereka tetap bisa hidup subur dan makmur dengan lahan seadanaya.
»»  Baca Lengkap...

PENGARUH INDIA MASUK KE INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
            India masuk ke Indonesia sangat membawa pengaruh luar biasa, terutama di sektor ekonomi, polik, budaya dan agama. Dan efek yang terasa sampai sekarang yang di bawa india adalah dari sektor keagamaan. Hal itu dikarenakanAgama Hindu dan Budha tokoh penyebarnya dari India.
            India lebih dulu membangun hubungan dagang ke Cina, sehingga dari faktor Ekonomi India masih kalah duluan dari India.
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
1.      Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
2.      Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar.
3.      Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan.
4.      Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN
HUBUNGAN DAGANG INDIA DENGAN CINA
Pada awal abad pertama masehi, perdagangan antara Cina, India, dan daerah sekitar Laut Tengah melalui jalan sutera sangat ramai. Namun jalan darat ini menjadi tidak aman akibat banyaknya perampok. Para pedagang kemudian beralih melalui jalan laut yang terdekat, yaitu antara India dengan Cina dan berlabuh di Selat Malaka. Jalur perdagangan melalui Selat Malaka menjadi ramai, maka bermunculanlah bandar-bandar tempat para pedagang menjual dan membeli barang dagangan. Di Selat Malaka ini banyak pula para pedagang dari Indonesia, yang turut serta dalam perdagangan tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, hubungan dagang antara India dan Cina berkembang semakin pesat. Dari Cina, India memperoleh sutera dan barang-barang porselen. Sedangkan India banyak mengekspor barang-barang dari gading, tenunan halus, dan barang ukiran. Kontak perdagangan ini melibatkan pula para pedagang Indonesia. Para pedagang India dan Cina ini banyak yang membeli barang dagangan dari Indonesia, yaitu rempah-rempah, kayu cendana, emas, perak dan lain-lain. Cengkeh yang ketika itu merupakan salah satu hasil kepulauan Indonesia bagian timur menjadi barang dagangan yang sangat dicari oleh para pedagang India.
A.    Pengaruh India di Bidang Ekonomi.
Pengaruh India masuk ke Indonesia dalam bidang ekonomi tidak terlalu banyak. Hal itu dikarenakanmisi utama mereka masuk ke Indonesia bukan untuk berdagang, tapi untuk menyebarkan agama Hindu. Tapi karena India mempunyai semangat etos yang tinggi dalam mencari uang jadi masyarakat sekitar mulai untuk mencontoh india dalam bidang ekonomi. Dan mereka dalam berdagang juga sangat luwes, jadi kebanyakan masyarakat indonesia meniru dari keluesan mereka dalam berdagang.

B.     Pengaruh di Bidang Politik
Pertama kali Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya. Menurut sejarah yang ditemukan bahwasannya India adalah salah satu membawa misi penyebaran agama sekaligus memberi wawasan dengan sisitem pemerintah kerajaan. Hal itu terbukti dalam terbentuknya kerajaan hindu dan budha.
Penduduk asli Indonesia telah mengembangkan sejumlah pranata sosial semisal “Negara.” Entitas Negara ini diantaranya dibuktikan dengan adanya prasasti Muara Kaman yang menunjukkan kerajaan Kutai dengan rajanya Kudungga. Orang-orang Indonesia ini kemudian melakukan kontak dengan para pedagang dari India. Selain di Kutai, juga berdiri kerajaan-kerajaan di Jawa Barat tepatnya di tepi sungai Cisadane Bogor.
Kerajaan-kerajaan tersebut sudah hidup makmur lewat kontak dagangnya dengan India Selatan. Raja-rajanya kemudian mengadaptasi konsep-konsep Hindu ke dalam struktur kerajaannya. Mereka mengundang para Brahmana India Selatan dari aliran Wisnu atau Brahma. Para pendeta tersebut memberi konsultasi dan nasehat mengenai struktur dan upacara-upacara keagamaan, termasuk pula bentuk Negara, organisasi Negara, dan upacara-ucapara kenegaraan menurut sistem yang berlaku di India Selatan. Ke-"jenius-lokal"-an orang-orang Indonesia ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka mengadaptasi pola-pola sosial dan politik India ke dalam hidup kerajaan mereka.
C.    Pengaruh di Bidang Agama
Pengaruh agama dari India tentunya tidak akan lepas dari agama Hindu dan Budha. Karena yang membawa agama itu adalah mereka. Sejarahnya adalah Penyebaran agama Hindu dan Buhda di Indonesia dilakukan bersamaan dengan kegiatan perdagangan atau hubungan dagang. Di samping itu penyebaran juga dilakukan dengan mendatangkan para Brahmana / pendeta dari India dan mengirim orang-orang Indonesia ke India untuk mempelajari agama Hindu. Pengaruh kebudayaan dari Timur yang dipilih secara selektif dan disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh yang diberikan tersebut sangat besar terutama dalam hal kepercayaan, pemerintahan, ekonomi dan kebudayaan.
Di Indonesia menjadi babak baru dalam kehidupan kepercayaan  masyarakat Indonesia. Masyarakat indonesia yang tadinya mempunyai kepercayaan animisme kemudian berubah menjadi penganut agama tersebut meskipun masih terdapat pengaruh kepercayaan lama seperti pemujaan kepada roh nenek moyang dll. Pada bidang pemerintahan, Sistem pemerintahan kesukuan dan pemujaan terhadap tokoh spiritual atau kepala suku kemudian bergeser menjadi pemerintahan kerajaan. Sistem pemerintahan kerajaan pemimpin berasal dari keturunan raja sebelumnya. Pada sistem Sosial, perubahan kehidupan sosial juga terjadi dalam masyarakat, misalnya pengaruh pembentukan kasta dalam struktur sosial kemasyarakatan. Pada sistem Ekonomi, aktifitas ekonomi dari barter menjadi sistem uang dan perdagangan yang semakin maju menjadi salah satu bentuk perubahan dalam bidang ekonomi. Pada sistem kebudayaan, antara lain terlihat pada hasil peninggalan seperti candi, tempat ibadah, seni sastra. Cerita-cerita ephos seperti Ramayana dan Mahabarata menjadi sumber inspirasi cerita rakyat dan perubahan kebudayaan lama.

D.    Pengaruh di Bidang Budaya
Budaya Indonesia asli seperti “desa” yang egaliter perlahan berubah dengan masuknya konsep kenegaraan India Selatan yang hirarkis. Raja mulai dianggap sebagai turunan dewa. Namun, pengaruh hirarkis ini juga tidak dapat dipukul rata. Ia terutama diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan Indonesia yang ada di pedalaman dan mengandalkan pertanian dan penggunaan irigasi sebagai basis ekonominya. Masyarakat atau kerajaan di pesisir pantai tidak terlampau terpengaruh oleh sistem India Selatan ini. Di masa mendatang, wilayah-wilayah pesisiran kerap melakukan pembangkangan politik atas kuasa sentral di pedalaman. Misalnya, pemberontakan Pati (pesisir Utara) di bawah pimpinan Adipati Pragola terhadap Sultan Agung Hanyakrakusuma di Yogyakarta (pedalaman-sentral).
Negara pesisir lain semisal Sriwijaya juga biasanya mengandalkan perdagangan sebagai basis ekonominya. Dalam Negara yang demikian, tidak diperlukan wilayah pertanian, petani yang banyak, sistem komando yang tersentralistik, serta pedalaman yang luas oleh sebab barang produksi dapat diperoleh lewat interaksi pertukaran. Hubungan lebih berada dalam suasana egalitarian. Ini mungkin menjadi sebab Sriwijaya pun lebih terpengaruh oleh Buddha ketimbang Hindu.
Sebaliknya, di Jawa lebih berkembang pengaruh Hindu. Ini akibat basis ekonomi Jawa yang kental nuansa pertaniannya. Contoh dari ini adalah kerajaan Majapahit, Kediri, Singasari, juga Mataram Kuno. Mereka adalah Negara-negara agraris. Letaknya di daerah-daerah subur lembah sungai, gunung berapi, dan rakyatnya hidup dari bercocok tanam. Akibat surplus beras, mulailah kerajaan-kerajaan Jawa ini berekspansi keluar wilayah (misalnya Majapahit) dengan mencari Negara-negara bawahan di kepulauan Nusantara. Pola sentralistik kuasa politik mereka kemudian berbenturan dengan nuansa egalitarian di kerajaan-kerajaan (atau wilayah-wilayan) pesisiran.
Kerajaan Jawa biasanay tersusun secara hirarkis, dengan semua pemberkatan diutarakan kepada raja. Namun, susunan ini hanya berlangsung di level atas (palace circle) sementara masyarakat biasa hampir tidak tersentuh oleh ciri ini. Inilah yang mungkin mengakibatkan pengaruh-pengaruh lain semisal Islam dan Barat (terutama Islam yang egalitarian) masuk dengan mudahnya ke kalangan masyarakat Indonesia.


E.      
BAB III
KESIMPULAN
            Dari kesimpulan pembahasan di atas adalah bahwa India juga membawa pengaruh pertama kali dalam sejarah Indonesia pra Islam. Terbukti dalab bidang ekonomi politik maupun budaya. Indonesia pada waktu itu masih menganut sistim kerajaan. Jadi yang pada awalnya mengajarkan secara tidak langsung adalah india. Walaupun merekan datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Hindu maupun Budha.



»»  Baca Lengkap...

Selasa, 03 Januari 2012

TEORI STRUKTURAL C. LEVI STRAUSS

METODE SEGITIGA KULINER
            Dalam buku-bukunya yang besar, mulai dari Les Structures Elementaires de la Parente. Levi-Strauss menguraikan berbagai macam unsure kebudayaan manusiadalam suatu metode analisa khas yang juga di ambilnya dari ilmu linguistic yangdisebutnya metode “segitiga kuliner(triangle culinaire). Metode itu diterapkannyaterhadap unsure makanan. Analisa itu dilakukannya beberapa kali dalam beberapakarangannya, yaitu Anthropologie structurale, karangannya yang khusus mengenaisegitiga kuliner yang kebetulan juga memakai analisa makanan sebagai contoh, bahkan ada karangannya, yaitu jilid I dari buku Mithologique, yang diberi judul LeCru et Le Cruit (1964), yang artinya “ hal yang mentah dan hal yang masak”.Menurut salah seorang komentatornya, E. Leach, sebab mengapa Levi-Strauss begitu banyak menaruh perhatian terhadap makanan rupa-rupanya disebabkan karenamakanan adalah kebutuhan almiah pokok dari binatang maupun manusia,karenamakanan manusia menjadi unsure kebudayaan yang diolah dengan api, yaitusalah satu unsure kebudayaan dan sumber energi manusia yang sangat dini. Itulahsebabnya unsure makanan paling cocok untuk mengilustrasikan perbedaan antara alam dan kebudayaan.
B.     ANALISA SISTEM KEKERABATAN
Seperti sikap ahli-ahli antropologi lain, Levi-Strauss jga banyak mempelajari masalahsrtuktur social dari system-sistem kekerabatan. Namun kecuali sebagai ahliantropologi yang secara konvensional seharusnya menaruh perhatian akan hal itu, ia juga tertarik akan analisa system-sistem kekerabatan untuk maksud lain yang khusus.Levi-Strauss dalam masa karir akademisnya ia menjadi seorang ahli filsafat, terutamaahli filsafat yang berfikir tentang masalah asas-asas cara berfikir simbolik darimanusia sebagai makhluk kolektif yang berinteraksi dalam masyarakat. Levi-Straussmenganggap ilmu antropologi sebagai ilmu yang dapat memberikan data etnografismengenai masyarakat primitive, yang dianggapnya perlu untuk mengembangkangagasan-gagasan dan konsep filsafatnya. Masyarakat bersahaja dianggap sebagaicontoh dari masyarakat eelementer, dan manusia yang kehidupan didalamnya tentu juga berpikir secara elementer, atau dengan istilahnya berpikir secara bersahaja.  
Masyarakat bersahaja biasanya didominasi oleh system kekerabatan, dan warga-warganya berinteraksi didalamnya berdasarkan system simbolik yang menentukansikap mereka terhadap paling sedikit tiga kelas kerabat, yaitu kerabat karena hubngan darah, karena hubungan kawin, dan karena hubungan keturunan. Dalam usahanya menganalisa segala macam system kekerabatan, seperti juga radcliffe-Brown, Levi-strauss, berpangkal kepada keluarga inti. Ketiga macam hubungan dalam rangka keluarga inti adalah:(1.) hubugan antara seorang individu E dengan saudara-saudara sekandungnya yang berup hubungan darah. (2) hubungan antara E dengan istrinya berupa hubungan karena kawin, yangmenghubungkan kelompok saudara sekandungnya dengan saudara sekandungistrinya. (3.) hubungan yang lain yaitu hubungan antara E dan istrinya dengan anak-anak mereka, yang merupakan hubungan keturunan.Dalam kenyataan, kehidupan kekerabatan yang oleh Levi-Strauss dianggap hubugan positif adalah hubungan berdasarkan sikap bersahabat, mesra, dan cinta- mencintai,sedangkan apa yang dianggapnya hubungan negative adalah hubungan berdasarkan sikap sungkan, resmi, dan menghormati. Kedua hipotesis tadi secara logikamemungkinkan enam kombinasi yang olehnya di ilustrasikan dengan data dari menamsuku bangsa, yaitu suku bangsa tobrian yang telah dideskripsi oleh Malinowski, bangsa-bangsa Siuai fdi Kepulauan Solomon, Melanesia, suku bangsa dobu dikepulauan dekat trobrian, suku-suku bangsa kobutu di Papua Nugini, suku bangsacherkess, suku bangsa Tonga di Polynesia. Kalau kita teliti data etnografi Levi- Strauss lebih mendalam, maka tampak subyektifnya ia meniai suatu hubungan kekerabatan itu sebagai positif atau negative,dan tampak pula bahwa tidak jarang ia membawa ukuran kebudayaan sendiri, yaitukebudayaan perancis, untuk membuat penilaian tadi. Kecuali itu, dari data keenamsuku bangsa itu menerut metodologi penelitian Levi-stauss sebenarnya belum membuktikan kebenaran dari kedua hipotesanya itu, karena ia hanya memilih enam contoh saja untuk mengilustrasikan tiap kemungkinan kombinasi sikap antara kaumkerabat inti yang mungkin ada.
C.     
KKONSEP STRUKTURALISME LEVI STRUS

Cakupan ilmu sosial sangat luas. Hal ini disebabkan banyaknya persoalan yang timbul dalam aktivitas manusia baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan masyarakat. Oleh karena begitu kompleknya persolan itu, sangat tidak mungkin bisa memahami fenomena sosial tampa mengaitkan dengan fenomena-fenomena lain. Inilah yang menjadikan salah satu alasan kenapa dalam ilmu sosial kita harus meniru metode ilmu-ilmu di luar ilmu sosial; seperti ilmu eksata dan pengetahuan alam (exact and natural Sciences). Dari rangkaian persoalan manusia itu terdapat beberapa kesamaan yang bisa dijadikan model dalam sebuah penelitian. Allen Lane menyatakan sebagai berikut; On the other hand, studies in social structure have to do with the formal aspects of social phenomena; they are therefore difficult to define, and still more difficult to discuss, without overlapping other fields pertaining to the exact and natural sciences, where problems are similarly set in formal terms or, rather, where the formal expression of different problems admits of the same kind of treatment.
Dalam konsep Strukturalisme Levi-Strauss struktur adalah model-model yang dibuat oleh ahli antropologi untuk memahami atau menjelaskan gejala kebudayaan yang dianalisisnya. Yang tidak ada kaitannya dengan fenomena empiris kebudayaan itu sendiri.
Meskipun bertolak pada linguistik, fokus strukturalisme Levi-Strauss sebenarnya bukan pada makna kata, tetapi lebih menekankan pada bentuk (pattern) dari kata itu. Bentuk-bentuk kata ini menurut Levi-Strauss berkaitan erat dengan bentuk atau susunan sosial masyarakat. Sarah Schmitt (1999) menyatakan, “Levi-Strauss derived structuralism from school of linguistics whose focus was not on the meaning of the word, but the patterns that the words form.” Strukturalisme Levi-Strauss juga bertolak dari konsep oposisi biner (binary opposition). Konsep ini dianggap sama dengan organisasi pemikiran manusia dan juga kebudyaannya. Seperti kata-kata hitam dan putih. Hitam sering dikaitkan dengan kegelapan, keburukan, kejahatan, sedangkan putih dihubungkan dengan kesucian, kebersihan, ketulusan dan lain-lain. Contoh lain adalah kata rasional dan emosional. Rasional dianggap lebih istimewa dan diasosiasikan dengan laki-laki. Sementara emosional dianggap inferior yang diasosiasikan dengan perempuan.
Untuk mengetahui makna struktur dalam bidang antropologi Levi-Strauss, perlu diketahui terlebih dahulu prinsip dasar dari struktur itu sendiri. Prinsip dasar struktur yang dimaksud disini adalah bahwa struktur sosial tidak berkaitan dengan realitas empiris, melainkan dengan model-model yang dibangun menurut realitas empiris tersebut (Levi-Strauss, 1958; 378). Bangunan dari model-model itu yang akan membentuk struktur sosial.
Menurut Levi-Strauss (1958) ada empat syarat model agar terbentuk struktur sosial;
1.      Sebuah struktur menawarkan sebuah karakter sistem. Struktur terdiri atas elemen-elemen seperti sebuah modifikasi apa saja, yang salah satunya akan menyeret modifikasi seluruh elemen lainnya.
2.      Seluruh model termasuk dalam sebuah kelompok transformasi, di mana masing-masing berhubungan dengan sebuah model dari keluarga yang sama, sehingga seluruh transformasi ini membentuk sekelompok model.
3.      Sifat-sifat yang telah ditunjukan sebelumnya tadi memungkinkan kita untuk memprakirakan dengan cara apa model akan beraksi menyangkut modifikasi salah satu dari sekian elemennya.
4.      Model itu harus dibangun dengan cara sedemikian rupa sehingga keberfungsiannya bisa bertanggung jawab atas semua kejadian yang diobservasi.


Bagi Levi-Strauss telaah antropologi harus meniru apa yang dilakukan oleh para ahli linguistik. Levi-Strauss memandang bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku manusia tidak pernah lepas dari apa yang terefleksikan dalam bahasa yang digunakan. Oleh karena itu akan terdapat kesamaan konsep antara bahasa dan budaya manusia. Singkatnya Levi-Strauss berkeyakinan bahwa untuk mempelajari kebudayaan atau perilaku suatu masyarakat dapat dilakukan melalui bahasa. Istilah kekerabatan, seperti halnya fonem, merupakan unsur makna; dan seperti fonem, kekerabatan memperoleh maknanya hanya dari posisi yang mereka tempati dalam suatu sistem. Kesimpulannya adalah bahwa “meskipun mereka berasal dari tatanan relitas yang lain, fenomena kekerabatan merupakan tipe yang sama dengan fenomena linguistik.
Ahimsa menyebutkan bahwa ada beberapa pemahaman mengenai keterkaitan bahasa dan budaya menurut Levi-Strauss. Pertama, bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Kedua, menyadari bahwa bahasa merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Karena bahasa merupakan unsur dari kebudayaan maka bahasa adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat juga pendapat para pakar kebudayaan yang selalu menyertakan bahasa sebagai unsur budaya yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu jika kita membahas mengenai kebudayaan kita tidak pernah bisa lepas dari pembahasan bahasa. Ketiga, menyatakan bahwa bahasa merupakan kondisi bagi kebudayaan. Dengan kata lain melalui bahasa manusia mengetahui kebudayaan suatu masyarakat yang sering disebut dengan kebudayaan dalam arti diakronis. Dengan bahasa manusia menjadi makhluk sosial yang berbudaya. Yang kedua, bahasa merupakan kondisi bagi kebudayaan karena material yang digunakan untuk membangun bahasa pada dasarnya memiliki kesamaan jenis atau tipe dengan apa yang ada pada kebudayaan itu sendiri.
Pemahaman kita akan adanya struktur dalam setiap benda atau aktivitas manusia memudahkan identivikasi benda atau aktivitas tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam strukturalisme adalah adanya perubahan pada struktur tersebut. Perubahan yang terjadi dalam suatu struktur disebut dengan transformasi (transformation). Transformasi harus dibedakan dari kata perubahan yang berarti change. Karena dalam proses transformasi tidak sepenuhnya berubah. Hanya bagian-bagian tertentu saja dari suatu struktur yang mengalami perubahan sedangkan elemen-elemen yang lama masih ada.

»»  Baca Lengkap...