Selasa, 03 Januari 2012

TEORI STRUKTURAL C. LEVI STRAUSS

METODE SEGITIGA KULINER
            Dalam buku-bukunya yang besar, mulai dari Les Structures Elementaires de la Parente. Levi-Strauss menguraikan berbagai macam unsure kebudayaan manusiadalam suatu metode analisa khas yang juga di ambilnya dari ilmu linguistic yangdisebutnya metode “segitiga kuliner(triangle culinaire). Metode itu diterapkannyaterhadap unsure makanan. Analisa itu dilakukannya beberapa kali dalam beberapakarangannya, yaitu Anthropologie structurale, karangannya yang khusus mengenaisegitiga kuliner yang kebetulan juga memakai analisa makanan sebagai contoh, bahkan ada karangannya, yaitu jilid I dari buku Mithologique, yang diberi judul LeCru et Le Cruit (1964), yang artinya “ hal yang mentah dan hal yang masak”.Menurut salah seorang komentatornya, E. Leach, sebab mengapa Levi-Strauss begitu banyak menaruh perhatian terhadap makanan rupa-rupanya disebabkan karenamakanan adalah kebutuhan almiah pokok dari binatang maupun manusia,karenamakanan manusia menjadi unsure kebudayaan yang diolah dengan api, yaitusalah satu unsure kebudayaan dan sumber energi manusia yang sangat dini. Itulahsebabnya unsure makanan paling cocok untuk mengilustrasikan perbedaan antara alam dan kebudayaan.
B.     ANALISA SISTEM KEKERABATAN
Seperti sikap ahli-ahli antropologi lain, Levi-Strauss jga banyak mempelajari masalahsrtuktur social dari system-sistem kekerabatan. Namun kecuali sebagai ahliantropologi yang secara konvensional seharusnya menaruh perhatian akan hal itu, ia juga tertarik akan analisa system-sistem kekerabatan untuk maksud lain yang khusus.Levi-Strauss dalam masa karir akademisnya ia menjadi seorang ahli filsafat, terutamaahli filsafat yang berfikir tentang masalah asas-asas cara berfikir simbolik darimanusia sebagai makhluk kolektif yang berinteraksi dalam masyarakat. Levi-Straussmenganggap ilmu antropologi sebagai ilmu yang dapat memberikan data etnografismengenai masyarakat primitive, yang dianggapnya perlu untuk mengembangkangagasan-gagasan dan konsep filsafatnya. Masyarakat bersahaja dianggap sebagaicontoh dari masyarakat eelementer, dan manusia yang kehidupan didalamnya tentu juga berpikir secara elementer, atau dengan istilahnya berpikir secara bersahaja.  
Masyarakat bersahaja biasanya didominasi oleh system kekerabatan, dan warga-warganya berinteraksi didalamnya berdasarkan system simbolik yang menentukansikap mereka terhadap paling sedikit tiga kelas kerabat, yaitu kerabat karena hubngan darah, karena hubungan kawin, dan karena hubungan keturunan. Dalam usahanya menganalisa segala macam system kekerabatan, seperti juga radcliffe-Brown, Levi-strauss, berpangkal kepada keluarga inti. Ketiga macam hubungan dalam rangka keluarga inti adalah:(1.) hubugan antara seorang individu E dengan saudara-saudara sekandungnya yang berup hubungan darah. (2) hubungan antara E dengan istrinya berupa hubungan karena kawin, yangmenghubungkan kelompok saudara sekandungnya dengan saudara sekandungistrinya. (3.) hubungan yang lain yaitu hubungan antara E dan istrinya dengan anak-anak mereka, yang merupakan hubungan keturunan.Dalam kenyataan, kehidupan kekerabatan yang oleh Levi-Strauss dianggap hubugan positif adalah hubungan berdasarkan sikap bersahabat, mesra, dan cinta- mencintai,sedangkan apa yang dianggapnya hubungan negative adalah hubungan berdasarkan sikap sungkan, resmi, dan menghormati. Kedua hipotesis tadi secara logikamemungkinkan enam kombinasi yang olehnya di ilustrasikan dengan data dari menamsuku bangsa, yaitu suku bangsa tobrian yang telah dideskripsi oleh Malinowski, bangsa-bangsa Siuai fdi Kepulauan Solomon, Melanesia, suku bangsa dobu dikepulauan dekat trobrian, suku-suku bangsa kobutu di Papua Nugini, suku bangsacherkess, suku bangsa Tonga di Polynesia. Kalau kita teliti data etnografi Levi- Strauss lebih mendalam, maka tampak subyektifnya ia meniai suatu hubungan kekerabatan itu sebagai positif atau negative,dan tampak pula bahwa tidak jarang ia membawa ukuran kebudayaan sendiri, yaitukebudayaan perancis, untuk membuat penilaian tadi. Kecuali itu, dari data keenamsuku bangsa itu menerut metodologi penelitian Levi-stauss sebenarnya belum membuktikan kebenaran dari kedua hipotesanya itu, karena ia hanya memilih enam contoh saja untuk mengilustrasikan tiap kemungkinan kombinasi sikap antara kaumkerabat inti yang mungkin ada.
C.     
KKONSEP STRUKTURALISME LEVI STRUS

Cakupan ilmu sosial sangat luas. Hal ini disebabkan banyaknya persoalan yang timbul dalam aktivitas manusia baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan masyarakat. Oleh karena begitu kompleknya persolan itu, sangat tidak mungkin bisa memahami fenomena sosial tampa mengaitkan dengan fenomena-fenomena lain. Inilah yang menjadikan salah satu alasan kenapa dalam ilmu sosial kita harus meniru metode ilmu-ilmu di luar ilmu sosial; seperti ilmu eksata dan pengetahuan alam (exact and natural Sciences). Dari rangkaian persoalan manusia itu terdapat beberapa kesamaan yang bisa dijadikan model dalam sebuah penelitian. Allen Lane menyatakan sebagai berikut; On the other hand, studies in social structure have to do with the formal aspects of social phenomena; they are therefore difficult to define, and still more difficult to discuss, without overlapping other fields pertaining to the exact and natural sciences, where problems are similarly set in formal terms or, rather, where the formal expression of different problems admits of the same kind of treatment.
Dalam konsep Strukturalisme Levi-Strauss struktur adalah model-model yang dibuat oleh ahli antropologi untuk memahami atau menjelaskan gejala kebudayaan yang dianalisisnya. Yang tidak ada kaitannya dengan fenomena empiris kebudayaan itu sendiri.
Meskipun bertolak pada linguistik, fokus strukturalisme Levi-Strauss sebenarnya bukan pada makna kata, tetapi lebih menekankan pada bentuk (pattern) dari kata itu. Bentuk-bentuk kata ini menurut Levi-Strauss berkaitan erat dengan bentuk atau susunan sosial masyarakat. Sarah Schmitt (1999) menyatakan, “Levi-Strauss derived structuralism from school of linguistics whose focus was not on the meaning of the word, but the patterns that the words form.” Strukturalisme Levi-Strauss juga bertolak dari konsep oposisi biner (binary opposition). Konsep ini dianggap sama dengan organisasi pemikiran manusia dan juga kebudyaannya. Seperti kata-kata hitam dan putih. Hitam sering dikaitkan dengan kegelapan, keburukan, kejahatan, sedangkan putih dihubungkan dengan kesucian, kebersihan, ketulusan dan lain-lain. Contoh lain adalah kata rasional dan emosional. Rasional dianggap lebih istimewa dan diasosiasikan dengan laki-laki. Sementara emosional dianggap inferior yang diasosiasikan dengan perempuan.
Untuk mengetahui makna struktur dalam bidang antropologi Levi-Strauss, perlu diketahui terlebih dahulu prinsip dasar dari struktur itu sendiri. Prinsip dasar struktur yang dimaksud disini adalah bahwa struktur sosial tidak berkaitan dengan realitas empiris, melainkan dengan model-model yang dibangun menurut realitas empiris tersebut (Levi-Strauss, 1958; 378). Bangunan dari model-model itu yang akan membentuk struktur sosial.
Menurut Levi-Strauss (1958) ada empat syarat model agar terbentuk struktur sosial;
1.      Sebuah struktur menawarkan sebuah karakter sistem. Struktur terdiri atas elemen-elemen seperti sebuah modifikasi apa saja, yang salah satunya akan menyeret modifikasi seluruh elemen lainnya.
2.      Seluruh model termasuk dalam sebuah kelompok transformasi, di mana masing-masing berhubungan dengan sebuah model dari keluarga yang sama, sehingga seluruh transformasi ini membentuk sekelompok model.
3.      Sifat-sifat yang telah ditunjukan sebelumnya tadi memungkinkan kita untuk memprakirakan dengan cara apa model akan beraksi menyangkut modifikasi salah satu dari sekian elemennya.
4.      Model itu harus dibangun dengan cara sedemikian rupa sehingga keberfungsiannya bisa bertanggung jawab atas semua kejadian yang diobservasi.


Bagi Levi-Strauss telaah antropologi harus meniru apa yang dilakukan oleh para ahli linguistik. Levi-Strauss memandang bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku manusia tidak pernah lepas dari apa yang terefleksikan dalam bahasa yang digunakan. Oleh karena itu akan terdapat kesamaan konsep antara bahasa dan budaya manusia. Singkatnya Levi-Strauss berkeyakinan bahwa untuk mempelajari kebudayaan atau perilaku suatu masyarakat dapat dilakukan melalui bahasa. Istilah kekerabatan, seperti halnya fonem, merupakan unsur makna; dan seperti fonem, kekerabatan memperoleh maknanya hanya dari posisi yang mereka tempati dalam suatu sistem. Kesimpulannya adalah bahwa “meskipun mereka berasal dari tatanan relitas yang lain, fenomena kekerabatan merupakan tipe yang sama dengan fenomena linguistik.
Ahimsa menyebutkan bahwa ada beberapa pemahaman mengenai keterkaitan bahasa dan budaya menurut Levi-Strauss. Pertama, bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Kedua, menyadari bahwa bahasa merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Karena bahasa merupakan unsur dari kebudayaan maka bahasa adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat juga pendapat para pakar kebudayaan yang selalu menyertakan bahasa sebagai unsur budaya yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu jika kita membahas mengenai kebudayaan kita tidak pernah bisa lepas dari pembahasan bahasa. Ketiga, menyatakan bahwa bahasa merupakan kondisi bagi kebudayaan. Dengan kata lain melalui bahasa manusia mengetahui kebudayaan suatu masyarakat yang sering disebut dengan kebudayaan dalam arti diakronis. Dengan bahasa manusia menjadi makhluk sosial yang berbudaya. Yang kedua, bahasa merupakan kondisi bagi kebudayaan karena material yang digunakan untuk membangun bahasa pada dasarnya memiliki kesamaan jenis atau tipe dengan apa yang ada pada kebudayaan itu sendiri.
Pemahaman kita akan adanya struktur dalam setiap benda atau aktivitas manusia memudahkan identivikasi benda atau aktivitas tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam strukturalisme adalah adanya perubahan pada struktur tersebut. Perubahan yang terjadi dalam suatu struktur disebut dengan transformasi (transformation). Transformasi harus dibedakan dari kata perubahan yang berarti change. Karena dalam proses transformasi tidak sepenuhnya berubah. Hanya bagian-bagian tertentu saja dari suatu struktur yang mengalami perubahan sedangkan elemen-elemen yang lama masih ada.

»»  Baca Lengkap...