Senin, 10 Oktober 2011

Tradisi di Bulan Syawal di Desa Klagenserut (Madiun)


Tradisi ini mungkin hampir di kota madiun sama dan bahkan di jawa timur hampir sama, dikarenakan setiap penulis keliling dan bertanya perdaerah sama. Tradisi syawalan di desa penulis adalah dimulai pada malam 1 syawal, seluruh masyarakat Islam pasti bahagia dan merayakannya, tapi tiap personil tentu beda. Kebanyakan masyarakat seperti biasa ada yang takbir keliling menggunakan mobil piekep maupun motor pribadi secara rombongan. Hal ini dilakukan untuk memeriahkan jalanan. Tapi ada pula yang memeriahkan masjid maupun mushola. Sambil takbiran mereka sambil memegang alat musik supaya takbiran lebih rame dan meriah.
            Pada waktu tanggal 1 syawal pagi suasana begitu rame dan khusuk. Mereka berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Karena sholat ini tahunan dan yang mudik berdatangan didesa kami maka masjid begitu ramainya samapai masjid desa tidak cukup, banyak juga yang sholat di luar-luar. Tapi suasana begitu khusuknya. Setelah sholat kami mengadakan syukuran karena telah sempurna menjalankan puasa di bulan Romadhon dan masih bisa melaksanakan Sholat Idul Fitri. Tapi syukuran ini tidak semua kalangan masyarakat mau. Mereka kebanyakan memilih langsung pulang untuk syukuran dirumah masing-masing. Setelah melaksanakan syukuran kami pulang dan melaksanakan trdisi yaitu bermaaf-maafan sama keluarga. Hal ini dilakukan dan sudah menjadi tradisi. Kemudian desa kami kalau siang sampai sore kebanyakan keliling ke sanak famili dan malam baru beramai-ramai ke tetangga yang dianggap dituakan oleh masyarakat di desa kami.
            Tradisi keliling mulai sepi pada waktu H+4. Setelah H+4 kebiasaan myarakat dikota madiun mengadakan halal-bihalal dengan sanak keluarga maupun rekan kantor. Pada waktu itu tradisi demikian waktunya.terkadang penulis bisa menghadiri halal-bihalal keluaga.
            Pada waktu H+7 hal ini malai diminati. Dikarenakan waktunya ketupap bermunculan. Baik buat sendiri maupun dikasih tetangga sebelah maupun sanak famili. Syukuran lebaran ketupat biasanya dilakukan pagi hari setelah ibadah sholat shubuh tapi terkadang pula dilakukan setelah sholat magrib. Syukuran tersebut tapi dihadiri oleh sedikit jamaah sholat magrib. Hal ini dikarenakan yang mudik sudah banyak yang balik kedaerah  masing-masing. Akkhirnya diadakan oleh masyarakat seadanya. Dan acara tetap khusuk dan berjalan dengan khidmah.
            Setelah lebaran ketupat trdisi Idul Fitri sudah selesai. Dan kegiatan masyarakat berjalan seperti biasanya. Mungkin Cuma itu cuplikan tradisi kami. Penulis kira dimanapun intinya sama trdisi dimanapun tujuannya adalah untuk mengikat tali silaturahmi dan persaudaraan. Dan kritik saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.
»»  Baca Lengkap...

TRADISI KONDANGAN DI PEDESAAN MADIUN


Kali ini penulis akan menerangkan tradisi kondangan di madiun. Mungkin di agak aneh kedengarannya, hal itu dikarenakan kondangan kalau diartikan secara istilah dan di pisah yaitu kon= ayo dang= cepat ngan= mangan. Hal itu kalau digabungkan dan secara bahasa yaitu menyuruh datang kerumah untuk melakukan kunjungan dan disuruh makan. Dan makan kalau di kondangan adalah perkara wajib karena pasti ada makanan datang, entah udah kenyang ataupun belum pasti makan.dan setelah selesai acara dibungkusi makanan lagi. Maka hal itu masyarakat madiun menamakan dengan kondangan.
            Tradisi kondangan berasal dari masyarakat yang suka kumpul-kumpul dirumah orang untuk melakukan ritual jejawi. Akhirnya para kyai masuk dan mlai menyebarkan Islam dan akhirnya trdisi tersebut dikolaborasikan dengan Islam. Para kyai tidak langsung membuang begitu saja tradisi itu dan kemudian trdisi kumpul sambil bercanda ria dengan tetangga tetap ada dan ditambah dengan ritual do’a bareng yang langsung dipimpin oleh kyai desa.
            Lambat laun tradisi ini mulai membumi dan lama-kelamaan meluas dan ada pula yang menyebutnya syukuran. Dikarenakan mengadakan acara tersebut sekarang pasti ada hajatan tersendiri seperti khitanan, mau malakukan nikah, dilimpahkan rejeki, dll. Pokoknya kalau penduduk desa yang mendapatkan nikmat entah orang kaya maupun miskin bisa malakukan kondangan. Dan lambat laun acara kematian pun ada pula kirim do’a dengan diselingi kondangan. Dan acara ini penuh sakralitas karena pada waktu acara dimulai semua begitu terlihat khusuk berdo’a.
            Sebenarnya tradisi ani mempunyai tujuan dan tujuannya sangat banyak sekali. Diantara lain adalah masyarakat pedesaan rata-rata tidak individualisme karena mereka mau membuka diri dan mau berbagi dengan diselingi tertaawa dan bercanda bareng jadi bisa membawa suasana lebih akrab. Karena yang masak biasanya tidak hanya pemilik rumah dan hal itu bisa mengundang tetangga dan hal itu juga menambah keakraban ibu-ibu. Karena tradisi ini diselipi juga dengan doa bareng jadi bisa saling mengingatkan dalam hal takwa sekalian berdakwah didalamnya. Selain itu juga dalam tradisi NU kalau berdoa pasti dikabulkan apalagi kalau banya orang maka lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Kalau palang pasti bawa oleh- oleh berupa makanan hal itu bisa membahagiakan orang yang belum makan dan juga bisa makan enak karena ada unsur barokah do’a didalamnya. Mungkin sebenarnya masih banyak lagi guna dan tujuannya yang tidak bisa disebutkan penulis lebih luas lagi.
            Dan penulis rasa traadisi ini sekarang sudah meluas tidak hanya dipedesaan saja dan sudah mulai masuk ke perkotaan. Tapi dengan cara yang agak berbeda tappi mempunya tujuan yang sama. Hal ini pernah menghadiri acara kondangan dikota kalau di pedesaan kmakanan yang disuguhkan bersifat seadanya dan kalau di perkotaan kebanyakan bersifat mewah jadi yang mengadakan acara ini ha nya orang kaya. Beda dengan pedesaan miskin pun bisa melaksanakan acara ini karena bersikap sseadanya dan asensi tujuan utamanya bukan makanannya tappi terletak pada kumpulnya. Itu yang membuat rame dan lebih menyatu di desa daripada dikota dan di kotan tetap gengsi tetap ada kalau yang disuguhkan seadanya.
            Mungkin cukup ini tradisi kondangan yang bisa dipaparkan oleh penulis. Hal ini dikarenakan info yang penulis tulis dari tradisi lisan yang sering diperbincangkan pada waktu kondangan itu sendiri. Dan penulis rasa jauh dari sempurna yang bisa dipaparkan penulis. Karena penulis tidak melakukan penguatan data kembali di desa setempat di Madiun. 
»»  Baca Lengkap...