Minggu, 03 April 2011

KEHIDUPAN PEMUDA DI DESA YANG TIDAK MELANJUTKAN JENJANG MAHASISWA(Sejarah Lesan)


Oleh:
Mahmud Adibil Mukhtar


            Pada zaman sekarang ini banyak sekali pemuda yang hidup didesa yang kurang peduli dengan informasi luar. Mereka bukan tidak mampu tapi memang mereka suka dengan kehidupannya. Mereka seakan akan tidak peduli dengan luar karena cukup bangga dengan apa yang dimilikinya. Tentang penglihatanku sekilas mereka senang dengan hura-hura semu dengan temannya senasib dan sepermainan. Seakan-akan hari-harinya begitu cepat dilaluinya. Mereka seakan akan tidak peduli dengan kegilasnya waktu yang terus menghantuinya. Tapi dibalik hura-huranya ketidak pekaan mereka terhadap berita senang berhura-hura tetapi kadang ada yang rajin beribadah tapi tetap ada yang melenceng seperti keboborokan mental. Pera pemuda rata-rata tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah saya amat-amati kebanyakan karena unsur dana mereka beranggapan bahwasanya biaya kuliah sangat mahal, kehidupan mahal dan lain-lain. Tapi ada juga yang memang malas kuliah, enak bersenang-senang daripada dibuat mikir yang belum jelas juga efeknya. Padahal orang tua mereka kalau pandangan sekilasku cukup mampu.
            Akhirnya pada suatu saat berinsiatif untuk bertanya benarkah dugaanku itu aku mengambul seorang yang orang tuanya cukup mampu mengapa dia tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kebetulan orang yang saya tanyai namanya Sardi. Saya bertanya cukup lama pada saat itu kami berbincang bincang- bincang dan menguak masalah itu. Sebenarnya saya juga merasa tidak enak karena saya mahasiswa. Tapi yang saya ajak bicara mengerti dan paham dengan saya.
            Hasil yang saya terima dari perbincangan yang lama ternyata dia tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan ingin bisa cepat bekerja untuk berpengalaman. Seboyan dia ternyata sangat mulia yang berbunyi “kalau kuliah niatnya untuk belajar mas, tapi orang seperti saya tidak perlu diatas bangku langsung praktek aja saya ingin menjadi busines seperti pemilik pabrik maspion mas, paling  ndak mendekatilah” dia berkata gitu sambil tersenyum manis. Jadi dia langsung praktek dan suka dengan semboyan pengalaman adalah guru yang paling baik. Dia juga ingin di rumah sambil membantu orang tua jadi tidak Cuma bersenang-senang saja. “Walaupun juga bersenang-senang juga, manusia juga butuh hiburan mas” kata dia. Jadi kehidupan dia bekerja dan berkerja. Terus saya bertanya lagi “terus kamu bersenang-senang itu mempunyai tujuan pa ndak?” dia menjawab “wah pnya lah mas, apa kita hidup Cuma untuk bekerja kan tidak butuh hiburan saya rasa semua manusia butuh hiburan, bukan begitu? Saya mengeleng-geleng saja. Dia berkata lagi “saya selain bersenang senang mempunyai misi khusus mas, saya ingin mempunyai teman yang banyak yang nantinya bisa aku ajak bekerja sama mas” kata dia. Terus saya bertanya ”wah kamu benar-benar ingin bisnis di desa ya ternyata?”. Dia menjawab “ wah iya mas saya ingin persiapkan sejak sekarang, saya kira semua ini belum terlambat ya mas?”. Saya menjawab “ wah benar itu, dalam kehidupan tidak ada kata terlambat untuk berjuang, wah tapi hebat ya sudah memikirkan ssedetail itu, la rencana kamu mau bisnis apa nich?”. Kemudian dia memjawab “wah terima kasih mas, sebenarnya saya pengen sapi perah mas ta pi langkaah awal saya cukupn memelihara sapi biasa dulu entar saya belikan sapi perah dan kemudian saya ingin berdagang susu segar dengan teman- temanku mas?”. Saya berkata” wah hebat-hebat semoga kumu sukses dan tercapi cita-citami ya? Amiin..”.
            Itu tadi adalah percakapanku dengan seorang pejuang untuk mencukupi hidupnya dengan bussines. Kesimpulanku adalah bahwasannya tidak semua pemuda mempunyai tujian yang jelek di desa mereka berjuang walaupun tidak dengan pena. Mereka mampu mengungkapkan yang demikian itu karena mereka yakin dengan keadaanya. Mereka yakin bisa menngubah dirinya dengan caranya bahkan mampu mengubah bangsa dengan caranya. Saya tetap tidak bisa berpikiran sempit dengan pandangan sekilas.
            Seharusnya pemuda memang begitu pikiran sempitku membuka jalan utuk bertanya dan memberanikan diri. Dia telah membukakan hatiku, supanya lebih baik. Dan kehidupan memeng keras. Saya teringat dengan pepatah “kalau dkita lemah pada dunia maka dunia akan keras pada kita dan apabila kita keras pada dunia maka dunia akan lemah pada kita. Pepatah itu menganjurkan supaya kita senang bekerja keras dan berfikir supaya tidak menyesal nantinya.
            Mungkin ini saja tentang uraian tentang kehidupan salah satu pemuda desa. Tidak semua yang buruk itu buruk semua dan tidak semua yang baik itu baik semua. Mungkin banyak sekali kekurangan dari hasil interfiu saya kritik dan saran yang membangun sangat saya nantikan. Terima kasih
           

0 komentar:

Posting Komentar