Jumat, 01 April 2011

PERADABAN ISLAM DI MONGOL


OLEH
MAHMUD ADIBIL MUKHTAR
A.          Asal-Usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berada di wilayah pegunungan Mongolia, berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkestan di Barat, Manchuria di Timur, dan Siberia di sebelah Utara (Ambari, 1993:97). Kebanyakan dari mereka mendiami padang stepa yang membentang di antara pegunungan Ural sampai pegunungan Altai di Asia Tengah, dan mendiami hutan Siberia dan Mongol di sekitar Danau Baikal.
Dalam rentang waktu yang relatif panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana mereka mendirikan perkemahan dan berpindah dari satu tempat ketempat lain, menggembala kambing, berburu. Mereka hidup dari hasil perdagangan tradisional yaitu mempertukarkan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Kesehariannya, sebagaimana dipredikatkan pada sifat nomad,mereka mempunyai sifat kasar, suka berperang, berani mati dalam mewujudkan keinginan dan ambisi politiknya. Namun, mereka sangat patuh dan taat pada pimpinannya dalam satu bingkai agama Syamaniyah, yaitu kepercayaan yang menyembah bintang-bintang dan matahari terbit.
Namun demikian, ada satu pendapat yang mengatakan bahwa bangsa Mongol bukanlah suku nomad sebagamana dimaksud, tetapi satu bangsa yang memiliki ketangkasan berkuda yang mampu menaklukkan stepa ke stepa, akibatnya kehidupan mereka berpindah-pindah mengikuti wilayah taklukannya dibawah kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari bangsa Mongol itu adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis.
Runtut etniknya berasal dari nenek moyang yang bernama Alanja Khan yang dikaruniai dua orang putera kembar yaitu Tartar dan Mongol. Dari kedua putera ini melahirkan dua keturunan bangsa, yaitu Mongol dan Tartar. Dari yang pertama lahirlah seorang bernama Ilkhan yang di kemudian hari menjadi pemimpin bangsa Mongol.
Pada masa kerajaan Mongol dipimpin oleh Ilkhan dan Tartar oleh Sanja Khan, keduanya berselisih hingga perselisihannya membawa kepada peperangan yang berakhir dengan kemenangan Sanja Khan dari Tartar. Maka kerajaan Mongol selanjutnya berada dibawah kekuasaan Tartar. Kemudian setelah kerajaan Mongol kuat kembali, mereka menggulingkan kekuatan Tartar dan tampil sebagai penguasa kerajaan-kerajaan yang ada.
Pada abad ke 12, Mongol dipimpin oleh Yasughi Bahadar Khan. Ia mempersatukan 13 suku dari ras Mongoloid. Kemudian membentuk suatu kekuatan militer yang amat tangguh sehingga ditakuti oleh daerah-daerah sekitarnya. Sepeninggal Yasughi kerajaan dipegang oleh Temujin (1167-1227 M) putranya sendiri yang ketika naik tahta masih berusia 13 tahun. Sekalipun relatif muda ia sangat ambisi untuk menguasai wilayah diluar Mongolia.
Sebelum memenuhi obsesinya itu ia melakukan konsolidasi intern dengan memperkokoh dibidang militer. Pada tahun 1206 M, Temujin mengadakan pesta besar-besaran bersama kepala suku yang berada dalam persekutuannya yang dihadiri oleh pemuka agama dan tokoh masyarakat. Pada saat itulah pemuka agama mengatakan bahwa “langit” telah memberikan gelar “Jengiz Khan” pada Temujin yang berarti raja yang kuat dan perkasa. Pada saat itu pula Jengiz Khan mengumumkan undang-undang yang disebut “al-Yasuk” yang mengatur kehidupan rakyat dan semua kerajaan yang berada dalam konfederasi Mongol.
Dalam memenuhi obsesinya, pertama-tama ia berusaha untuk menguasai Cina. Pada tahun 1215 M, ia dapat menduduki Peking (Ibu kota Cina, Beijing). Setelah itu dia konsentrasi ke sebelah Barat wilayah yang dihuni oleh umat Islam. Yang ia lakukan pertama, mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm sebagai usaha untuk mengenali situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia Tengah. Ala’ Uddin Muhammad Khawarizm menerima kontak diplomasi perdagangan ini dengan amat hati-hati, sehingga tidak lama kemudian para pedagang Mongol yang beroperasi di pasar utara ditangkap oleh penguasa lokal karena dicurigai sebagai mata-mata. Tetapi alasan yang dikemukakan oleh penguasa utara adalah para pedagang Mongol tersebut melakukan tindakan kasar yang merugikan pedagang setempat.
Hal ini menimbulkan reaksi yang cukup hebat dari Jengiz Khan. Ia meminta pada Ala’ Uddin untuk menyerahkan penguasa utara tapi Al’ Uddin menolaknya. Hal ini menjadi alasan bagi Jengiz Khan untuk menyerang Dinasti Khawariz, tetapi pertempurannya tidak membawa hasil.
Pada tahun 1220 M, Jengiz Khan bersama pasukan datang ke Bukhora untuk melakukan serangan terhadap Khawarizm dan dimenangkan pasukan Jengiz Khan, Ala’ Uddin tidak mampu menahan serangan Jengiz Khan. Ia memerintahkan penduduk Bukhora meninggalkan kota tanpa membawa suatu apapun kecuali yang melekat di badan, bagi mereka yang membangkang dan tetap didalam kota akan dibunuh.
Selain itu mereka mengadakan pengrusakan terhadap bangunan-bangunan masjid dan madrasah, membakar kitab suci dan kitab-kitab lain yang mereka temui dalam perpustakaan. Ibnu Asia (sejarawan) menyatakan bahwa perusakan tersebut menjadikan Bukhora rata bagaikan tak pernah ada sebelumnya.

B.           Wilayah Kekuasaan Mongol dan Dinasti Ilkhan
Perpaduan antara watak nomad dengan ketangkasannya menunggang kuda, serta keberaniannya melawan musuh mengantarkan Bangsa Mongol menjadi bangsa penakluk. Terbukti banyak negara-negara di Dunia yang telah ditaklukkan meliputi kawasan Cina dan negeri-negeri Islam, khususnya ketika Mongol dipimpin oleh Jengis Khan. Cina bagian Barat, Tibet, ditaklukkan sekitar tahun 1213 M, dan Beijing tahun 1215 M.
Tiga tahun berikutnya ia dapat menguasai kota Thurkistan yang berbatasan dengan Khawarizm Syah yang menjadi wilayah Islam. Selanjunya, secara berturut-turut Turkistan yang juga merupakan wilayah Khawarizm, Bukhara di Samarkhand dan Balkh, serta kotakota lain yang memiliki peradaban Islam yang tinggi di Asia Tengah tidak luput dari kehancuran dari serangan bangsa Mongol. Jengis Khan juga mengutus anak-anaknya yaitu Tulii untuk menaklukkan Khurasan dan Juchi dan Changhatai untuk menaklukkan wilayah Sri Darya bawah dan Khawarizm.
Sebelum Jengis Khan meninggal Dunia tahun 1227 M, ia membagikan wilayah yang begitu luas kepada keempat anaknya. Pertama, adalah Juchi anak sulungnya menduduki wilayah Siberia bagian Barat dan Stepa Qipchaq termasuk juga Khawarizm. Sebelum ia dapat mempimpin wilayah tersebut ia meninggal Dunia sebelum Jengis Khan. Tetapi warisan wilayah itu telah diberikan kepada anaknya yaitu Batu dan Orda. Kedua adalah Chagatay. Wilayahnya meliputi Transoxania sampai ke Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Keturunan Chagatay yang ada di Barat yaitu Transoxania telah masuk ke dalam kawasan pengaruh Islam, tetapi kemudian dapat dikalahkan Timur Lenk.
Dari Turkistan Timur ia meluaskan daerah ke Serimechye Ili, Tien Syan di Tarim. Mereka tidak terpengaruh Islam tetapi ikut dalam penyebaran Islam di Turkistan Cina abad XVII. Ketiga adalah Ogotai. Ia terpilih menjadi Khan Agung mengantikan Jengis Khan. Setelah mencapai dua generasi, ke-Khan-an Tertinggi disebut keturunan Tohey.
Keempat adalah Tuli. Ia menerima daerah Mongolia. bersama dengan anak-anaknya Mongke dan Qubilay Khan. Mongke tetap bertahan di Mongolia sebagai Khan Agung dengan ibukota Qaraqarum dan Qubilay Khan memerintah di Cina yang terkenal dengan Dinasti Yuan sampai abad XIV. Kemudian digantikan oleh Dinasti Ming yang beragama Budha yang berpusat di Beijing kemudian mereka bertikai dengan ke-Khan-an Islam di Barat dan Rusia. Hulagu Khan saudara Qubilay Khan menyerang daerah-daerah Islam sampai Baghdad.
Setelah Hulagu menaklukkan Baghdad ia mendirikan kerajaan Ilkhaniyah di Persia atas nama pemerintahan Khan Agung di Mongolia dan Cina dengan gelar Ilkhan dan membunuh Khalifah terakhir Abbasiyah al-Mu’tasim (13 Februari 1258). Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu (Nasution, 1985:80). Umat Islam dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang bergama Syamanism. Hulagu memerintah sampai tahun 1265 M kemudian diganti oleh anaknya Abaga hingga tahun 1282 M. Ia beragama KRISTEN Nestorian dan bersekutu dengan KRISTEN Eropa, Armenia Cilicia untuk melawan Mameluk dan saudara-saudaranya dari Dinasti Horde keemasan yang didirikan Batu anak dari Juchi yang beragama Islam.
Setelah kematiam Qubilay Khan (1294 M), maka wilayah kekuasaannya terlepas. Mahmud Ghazan yang sudah masuk Islam memerintah Rasyid al-Din al-Thabib dan Uljaytu agar menuliskan sejarah universalnya. Di bawah pemerintahan Mahmud Ghazna bersama menterinya Rasyid al-Din al-Thabib banyak mengalami kemajuan. Penguasa terakhir Ilkhaniyah adalah Abu Said yang berdamai dengan Mameluk tahun 1323 M dan mengakhiri permusuhan antara kedua kekuasaan itu untuk merebutkan Syiria.
Ilkhaniyah beribukota di Tabris dan Maragha yang merupakan kota perdagangan antara Timur dan Barat. Selama seratus tahun, Ilkhaniyah di Persia terpecah menjadi kerajaan kecil seperti Muzafariyyah dan Salaghariyyah di Faris, dan Jalariyyah dengan ibukota Baghdad.
Dengan kepercayaan dari saudara Moghe Khan, Hulagu dapat mengusai Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil. Sebelum menaklukkan Baghdad, pada tahun 1256 M Hulagu telah menguasai pusat gerakan Syi’ah di Persia Utara. Tahun 1260 M Hulagu juga menaklukkan Syiria Utara seperti Allepo, Hama dan Hamim. Ketika Hulagu ingin menaklukkan Mesir ia dapat digagalkan oleh pasukan Mamalik Mesir di ‘Ayn-Jalut di Palestina (tahun 1260 M).
Wilayah Ilkhaniyah yang berada di Irak, Kurdistan dan Azerbeijan diwarisi oleh Dinasti Jalayiriyah, tetapi masih memusatkan kekuasaan di Baghdad. Di masa Uways, pengganti Hasan Agung, ia dapat menaklukkan Azerbeijan, tetapi mendapat perlawanan dari Dinasti Muzaffariyah dan penguasa Horde keemasan. Tetapi mereka dapat ditaklukkan oleh Qara Qoyunlu (Domba Hitam) yaitu orang-orang Turkmen yang lari ke Timur akibat invasi Mongol.
Kedudukan Dinasti-Dinasti ini dapat bertahan sampai datangnya Timur Lenk yang mempersatukan mereka dengan membentuk Dinasti Timuriyah yang berpusat di Samarkand.
Daerah-daerah kultur Islam yang ada di kawasan Arab yaitu Irak, Syiria dan Persia Barat telah ditaklukkan Mongol, tetapi Mongol sendiri telah mengikuti atau terserap dengan budaya Islam.

C.           Kemajuan Bangsa Mongol
Pada masa pemerintahan Bahadur Khan, Mongol mengalami kemajuan yang sangat besar karena pada masa itu, Bahadur berhasil menyatukan 13 kelompok suku bangsa. Kemudian pada masa pemerintahan Hulagu Khan banyak wilayah yang telah ditaklukannya. Diantaranya adalah kota Baghdad yang pada waktu dipimpin oleh Khalifah al-Mu’tashim. Khalifah al-Mu’tashim tidak mampu membendung topan tentara Hulagu Khan. Selanjutnya Hulagu melanjutkan gerakannya ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad pasukan Mongol menyeberangi sungai Khuprat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai.
Mesir pada tahun 1260 M. Mereka berhasil menduduki Hablur dan Gaza. Selanjutnya pada masa pemerintahan Ghazan, yakni raja yang ketujuh Dinasti Ilkhan, ia mulai memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Oleh karena itu ia mebangun semacam biara untuk para Darwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium dan gedung-gedung umum lainnya.

D.          Sebab-sebab Kemunduran Bangsa Mongol
Kekalahan pasukan Mongol di bawah panglima Kitbugha atas pasukan Mamalik di
bawah panglima Qutuz. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik untuk menyerah. Permintaan itu ditolak oleh Qutus dan utusan Kitbugha tersebut dibunuhnya. Tindakan Qutuz itu itu menimbulkan kemarahan dikalangan tentara Mongol. Kitbugha kemudian melintas Jordania meunuju Galilei. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutuz. Pertempuran dahsyat terjadi sehingga pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol pada tanggal 3 September 1260 M.
Hal inilah yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Mongol di Cina. Pada saat Mongol diperintah oleh Abu Sa’id 1317-1335 M), terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan melapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan akhirnya terpecah belah sepeninggal Abu Sa’id dan masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.



Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 13-14.

Marshall Hodgson,
The Venture of Islam, I (Chicago: Chicago University Press, 1979), hal. 50.

Montgomery Watt, Islamic Philosophy and Theology (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1985), hal. 134

Ira Lapidus, A History of Islamic Societies (Cambridge: Cambridge University Press,
1988), hal. 278.

Lihat Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (Jakarta: Logos, 1997),
hal. 8-11.

5 Tentang wilayah Persia setelah Mongol, lihat C.E Bosworth, The Islamic Dynasties
(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1980), hal. 161-179.
Peta Politik Islam

0 komentar:

Posting Komentar